Mengupas Ketangguhan Bluebird di Tengah Gempuran Persaingan Ketat Moda Transportasi

marketeers article
Armada Bluebird. (Bluebird)

Dalam dunia bisnis yang penuh persaingan, kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi menjadi kunci utama. Bluebird, salah satu brand asli Indonesia, telah menunjukkan keunggulannya dalam menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan ride-hailing raksasa.

Apa rahasia di balik ketangguhan Bluebird? Ignatius Untung, seorang Praktisi Marketing dan Behavioral Science, mengungkapkan bahwa persaingan dalam bisnis sering kali muncul tanpa diduga-duga dan tidak bisa dikontrol.

BACA JUGA: Bos Bluebird Ungkap Kunci Pertumbuhan Pendapatan hingga Double Digit

“Bisnis tidak bisa lepas dari persaingan, dan persaingan yang muncul seringkali tidak terduga dan kita tidak bisa kontrol,” kata Untung seperti dikutip dalam Market Think 125 di Channel YouTube Marketeers TV, pada Senin (2/9/2024).

Salah satu contoh menarik adalah Bluebird, brand transportasi yang sudah puluhan tahun malang melintang di Indonesia. Dalam menghadapi persaingan yang ketat, terutama dengan munculnya perusahaan ride-hailing yang menawarkan berbagai kemudahan dan harga kompetitif, Bluebird telah membuktikan bahwa mereka mampu bertahan dan bahkan berkembang.

BACA JUGA: Dukung Transportasi Hijau, Bluebird Group Investasi Rp 250 Miliar di IKN

Menurut Untung, keberhasilan Bluebird dapat dijelaskan melalui teori kompetitif Michael Porter, yang dikenal dengan Porter’s Five Forces. Berikut ulasannya:

1. Bargaining Power to Supplier

Bluebird memiliki daya tawar yang kuat terhadap supplier, dalam hal ini mitra pengemudi. Dengan reputasi yang sudah terbangun lama dan armada yang luas, Bluebird mampu menarik dan mempertahankan mitra pengemudi meskipun persaingan makin ketat.

Hal ini menjadi entry barrier bagi pemain baru di industri ini, yang sering kesulitan merekrut pengemudi dalam jumlah besar.

2. Bargaining Power to Buyer

Dari sisi pelanggan, perusahaan ride-hailing menawarkan harga yang sangat kompetitif, sering kali lebih murah dibandingkan taksi konvensional, seperti Bluebird. Namun, Bluebird tetap bertahan dengan menawarkan kualitas layanan yang konsisten.

“Pada akhirnya, brand is all about reality,” ujar Untung. 

Meskipun harga lebih tinggi, kepercayaan pelanggan terhadap kualitas dan keamanan layanan Bluebird membuat mereka tetap menjadi pilihan.

3. Threat of Existing Competitors

Bluebird telah terbukti mampu bersaing dengan kompetitor yang sudah ada di pasar. Mereka berhasil mempertahankan posisi dengan tidak hanya mengandalkan harga tetapi juga kualitas layanan.

“Bluebird tidak punya isu untuk hal ini, mereka bisa bersaing dengan siapa pun pesaing yang ada di market saat itu,” ucap Untung.

4. Threat of New Entrants

Ancaman dari pendatang baru selalu ada, namun dengan basis pelanggan yang loyal dan armada yang luas, Bluebird cukup terlindungi. Mereka telah membangun entry barrier sendiri yang sulit ditembus oleh pemain baru dengan model bisnis serupa.

5. Threat of Substitute Products

Ancaman dari produk substitusi, seperti layanan ride-hailing yang memiliki model bisnis berbeda, merupakan tantangan terbesar. Namun, Bluebird merespons dengan mengadopsi keunggulan-keunggulan yang ditawarkan oleh aplikasi ride-hailing.

Mereka meluncurkan aplikasi pemesanan sendiri yang terus disempurnakan untuk menawarkan kemudahan dan transparansi yang sama. Untung menjelaskan lebih lanjut bahwa keberhasilan Bluebird bukan hanya karena mereka beradaptasi dengan model bisnis baru tetapi juga karena mereka menjaga konsistensi layanan yang tidak dimiliki oleh banyak pesaing mereka.

“Bluebird melakukan banyak hal, tapi yang membuat mereka kembali kuat justru adalah karena pesaingnya melemah,” ujarnya lagi.

Ketika perusahaan ride-hailing gagal mempertahankan kualitas dan konsistensi layanan, Bluebird tetap setia pada prinsipnya, menjaga ekspektasi konsumen dengan layanan yang dapat diandalkan.

Kesimpulannya, dalam menghadapi persaingan bisnis yang makin ketat, kemampuan untuk beradaptasi dan menjaga kualitas layanan menjadi kunci. Bluebird telah menunjukkan bahwa meskipun menghadapi berbagai tantangan dari pesaing dengan model bisnis yang berbeda, mereka tetap bisa bertahan dan bahkan mengungguli dengan tetap fokus pada konsistensi dan kualitas.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS