Menjadi challenger brand memerlukan strategi dan pemahaman yang mendalam tentang pasar. Diperlukan prinsip-prinsip yang dapat membawa sebuah brand untuk menantang dominasi pemimpin pasar dan menarik perhatian segmen konsumen yang tepat.
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, menjadi challenger brand adalah langkah yang berani namun potensial memberikan hasil yang signifikan. Menurut Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers, challenger brand adalah brand yang berusaha untuk menantang pemimpin pasar dan mengubah persepsi pasar sehingga secara perlahan merebut pangsa pasar yang telah dikuasai oleh pemimpin pasar.
BACA JUGA: Peran Aktif Industri dalam Kemitraan Co-branding Wonderful Indonesia
Untuk mencapai hal ini, terdapat tiga prinsip besar yang dapat membantu brand memulai perjalanan ini. Pertama, seorang brand challenger harus memiliki mindset yang memimpin perubahan pasar.
Mereka perlu fokus pada segmen konsumen yang terbuka untuk mencoba brand baru, seperti Gen Z.
“Gen Z tidak terikat pada brand yang telah mereka gunakan sebelumnya dan lebih mencari brand yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Iwan seperti dikutip dalam ANALISIS #55 di Channel YouTube Marketeers TV.
BACA JUGA: Brand Advocate Samsung Galaxy Z Flip6 lewat Vidi Aldiano
Contohnya, brand parfum lokal asal Indonesia bernama HMNS, yang berfokus pada kebutuhan parfum Gen Z dan menciptakan produk yang relevan dengan situasi yang dihadapi oleh generasi ini. Kedua, challenger brand biasanya adalah maverick yang menantang konvensi industri.
Mereka tidak percaya pada prinsip-prinsip pemasaran yang dianggap sebagai best practice, melainkan menciptakan manajemen produk yang sangat inovatif. Contoh yang baik adalah Bobo Cabin oleh Bobo Box yang menawarkan pengalaman baru bagi mereka yang ingin berlibur di tempat yang lebih dekat dengan alam, meskipun menggunakan banyak elemen teknologi.
Ketiga, prinsip crossover brand melibatkan pergerakan ke kategori lain untuk mempromosikan atau membangun brand.
“Brand challenger cenderung bergerak ke kategori lain yang kurang padat dan mungkin tidak memiliki banyak pesaing,” ujar Iwan.
Sebagai contoh, brand kosmetik Upmost Beaute dari Indonesia yang berkolaborasi dengan Tolak Angin untuk menciptakan produk kosmetik dengan nuansa Tolak Angin. Ada juga Dermies by Erha yang berkolaborasi dengan Teh Botol Sosro untuk menciptakan produk perawatan kulit yang unik.
Menjadi sebuah challenger brand memerlukan keberanian untuk berpikir di luar kebiasaan dan berinovasi dalam menghadapi pemimpin pasar. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, sebuah brand dapat memosisikan diri untuk meraih sukses dan merebut pangsa pasar yang lebih luas.
Editor: Ranto Rajagukguk