Mengupas Tren Tenaga Karja 2024, Perekrutan Karyawan Menurun?
Mercer Indonesia dalam survei Total Remuneration Survey (TRS) 2024 menemukan bahwa sebagian besar perusahaan masih berencana menambah karyawan pada tahun 2024. Namun, harus diakui tren menunjukkan adanya penurunan intensitas perekrutan di beberapa sektor, seperti otomotif, life sciences, dan high-tech.
“Dalam survei sebelumnya, banyak perusahaan yang optimis dan berniat menambah tenaga kerja, namun realisasinya menunjukkan adanya penurunan angka rekrutmen, terutama dalam sektor-sektor yang lebih terpengaruh oleh perubahan ekonomi global dan lokal,” kata Astrid Suryapranata, President Director & Market Leader Mercer Indonesia dalam acara Media Briefing, Total Remuneration Survey dari Mercer Indonesia yang diselenggarakan pada Rabu (11/12/2024).
BACA JUGA: Laporan Mercer Marsh Benefits Ungkap Dampak Inflasi Biaya Medis
Namun demikian, Astrid menekankan bukan berarti pasar kerja Indonesia sedang surut. Sebaliknya, terdapat persaingan yang makin ketat untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja meskipun ada penurunan dalam jumlah perekrutan, tetap ada fenomena yang disebut “talent war,” terutama untuk posisi-posisi tertentu seperti sales, marketing, product management, engineering, dan IT.
“Posisi-posisi ini terus menjadi sorotan banyak perusahaan, mengingat kebutuhan akan keahlian di bidang tersebut semakin mendesak seiring dengan meningkatnya digitalisasi dan transformasi industri,” ucap Astrid.
Survei ini juga melihat bahwa salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia adalah kesulitan dalam mempertahankan karyawan, khususnya di level profesional dan manajerial. Hasil survei menunjukkan 94% perusahaan merasa kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan talenta untuk posisi-posisi di tingkat profesional dan 63% untuk posisi tingkat manajerial.
Tren ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan makin sadar akan pentingnya kesejahteraan karyawan dan pengembangan karier sebagai faktor utama yang dapat meningkatkan engagement dan retensi karyawan.
Beberapa langkah yang dapat diambil oleh perusahaan untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan menawarkan fleksibilitas kerja yang lebih besar, baik dari sisi waktu maupun tempat kerja. Selain itu, perhatian lebih terhadap well-being karyawan, termasuk kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan finansial, makin menjadi prioritas.
BACA JUGA: AIBP 2024 Bahas Tata Kelola AI hingga Transformasi Tenaga Kerja
“Data menunjukkan bahwa sekitar 50% tenaga kerja merasa tidak cukup aman secara finansial untuk menghadapi masa pensiun mereka. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menyeimbangkan antara kompensasi yang kompetitif dengan fasilitas kesehatan dan program kesejahteraan yang menyeluruh,” tutur Astrid.
Tidak hanya itu, purpose perusahaan juga menjadi faktor penentu dalam mempertahankan tenaga kerja. Ketika mereka merasa bahwa pekerjaan mereka sejalan dengan nilai dan tujuan perusahaan, mereka cenderung lebih berkomitmen dan produktif.
Oleh karena itu, menciptakan hubungan yang lebih kuat antara karyawan dan visi perusahaan adalah kunci untuk menjaga stabilitas tenaga kerja dalam jangka panjang. Secara keseluruhan, tren tenaga kerja di Indonesia menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan dalam intensitas perekrutan, persaingan untuk talenta berkualitas tetap tinggi, terutama di sektor-sektor yang berkembang pesat seperti teknologi, engineering, dan IT.
“Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dan human-centered dalam mengelola tenaga kerja mereka untuk memastikan daya saing di pasar yang semakin kompetitif,” tutur Astrid.
Editor: Ranto Rajagukguk