Mengusung Sustainable Tourism, Dusun Bambu Terapkan Prinsip 7E

marketeers article

Konsep dari Sustainable Tourism atau yang sering dikenal sebagai pariwisata berkelanjutan kian marak di telinga masyarakat, berbagai tempat pariwisata di luar dan di Tanah Air berlomba-lomba menerapkan konsep ini pada usahanya. Sustainable Tourism merupakan suatu konsep mengunjugi suatu tempat sebagai seorang wisatawan dan memberi dampak positif bagi lingkungan, masyarakat, dan ekonomi di sekitar tempat tersebut. Sustainable tourism ini  ditetapkan dengan berbagai prinsip yang meliputi kelangsungan ekonomi, kelestarian alam, dan kelestarian sosial budaya.

Salah satu tempat berwisata di Bandung, yakni Dusun Bambu juga telah menerapkan konsep Sustainable Tourism ini. Berdiri pada tanah seluas 15 hektar di ketinggian 1100 MDPL di atas permukaan laut, Dusun Bambu menjadi tempat yang menarik bagi para wisatawan lokal yang ingin menikmati makanan lokal dan mencari hiburan dengan berwisata ke tempat yang menyajikan nuansa outdoor dan suasana alam yang asri.

Mengusung konsep outdoor dan resor dengan fasilitas outdoor dining, Dusun Bambu juga menerapkan 7E prinsip yang menjadi kunci dari konsep sustainable tourism. Ketujuh prinsip itu adalah Ecology, Education, Economic, Ethnology, Estetika, Ethics, dan Entertainment.

Tujuh prinsip ini  tertanam dalam semangat yang tempat ini tawarkan pada pengunjungnya. Ecology artinya pihak Dusun Bambu concern kepada konservasi alam di sekitar Dusun Bambu. Penanaman pohon atau penghijauan secara massive juga dilakukan oleh pengelola lokasi wisata ini, bahkan sebelumnya Dusun Bambu juga berinisiatif membuat lahan palawija. Namun, lahan palawija tidak bertahan lama, hingga akhirnya pengelola kembali mereboisasi lahan sekitar lokasi dengan tanaman bambu. “Karena alam memberikan sinergi kepada kita supaya terus sustainable kepada hal alam,” ungkap Endy Tjahyadi selaku General Manager Dusun Bambu dalam sesi diskusi daring pada Planet Tourism Indonesia 2021, Kamis (23/09/2021).

Gerakan penanaman pohon-pohon bambu juga memiliki maksud, yaitu agar bambu bisa menyerap air lebih banyak dan menjadi sumber serapan air untuk wilayah sekitar. Dusun Bambu juga memprakarsai gerakan menanam satu juta pohon per tahun sejak tahun 2014-2020. Di samping itu, Dusun Bambu juga memanfaatkan bambu menjadi sedotan, dan menggunakan kantong ramah lingkungan.

“Adanya satu juta pohon yang diberikan pada pengunjung, kami bisa menghijaukan alam. Tapi karena pandemi, jumlah pengunjung dibatasi, tidak sampai 1 juta. Kami tanami pohon lain, seperti  bambu. Kami memiliki jenis pohon bambu terlengkap se-Indonesia, sebanyak 58 jenis,” papar Endy.

Pada edukasi, Dusun Bambu mengupayakan edukasi mengenai kebudayaan masyarakat Sunda, seperti bermain musik dengan ragam alat musik bambu. Ini merupakan program pembelajaran singkat untuk anak sekolah tentang musik Sunda dan dikaitkan dengan konsep kembali ke alam.

Dalam unsur ekonomi,Dusun Bambu berupaya memberdayakan masyarakat sekitar. Ada 75% penduduk sekitar atau local people bekerja di Dusun Bambu. Bersinergi dengan masyarakat setempat dan mengangkat kearifan lokal, seperti art & craft, budidaya tanaman. Dusun Bambu bersinergi dengan masyarakat membantu mereka me-retail atau menjual produk kerjaninan tangan mereka. Kolaborasi dengan masyarakat inilah yang memberikan kontribusi ekonomi pada masyarakat sekitar Dusun Bambu.

Selanjutnya, ethnology atau budaya. Kebudayaan Jawa Barat, yaitu budaya Sunda, Dusun Bambu merupakan ‘etalase’ culture budaya Sunda, sehingga kesan Sunda sangat kental di tempat wisata dan resto-resort ini. Dusun Bambu tidak melupakan identitas tanah Jawa Barat pada tiap sisi di bangunannya.

“Ada penyewaan baju khas Sunda, tempat foto, story telling tentang budaya Sunda. Kami ingin turis mengetahui asal–usul budaya Sunda sehingga mengetahui daya tarik budaya Sunda,” ungkap Endy.

Lalu,   estetika atau keindahan alam di Dusun Bambu merupakan gambaran dari keindahan arsitektur budaya Sunda dan keindahan alam tanah Jawa Barat. Dusun Bambu menghadirkan bangunan yang bentuknya menyerupai leuit, bangunan khas masyarakat Desa Ciptagelar yang dimanfaatkan untuk tempat penyimpanan hasil bumi. Ada pula Rumah Burung atau Rumah Pohon, yaitu bangunan yang terbuat dari ranting pohon.

Pada unsur etika, Dusun Bambu merefleksikan keramahtamahan khas sunda dan tata krama masyarakat Sunda yg terkenal dalam pelayanan yang mereka berikan kepada pengunjung. Dengan perwujudan dari sikap baik dan santun untuk tamu yang berkunjung, dan setiap activity disambut senyum dan keramah tamahan oleh para pekerja Dusun Bambu.

Sedangkan untuk entertainment.  Tempat ini  menghadirkan aktivitas menarik untuk menunjang pariwisata berkelanjutan di Dusun Bambu, contoh dari kegiatan entertainment ini antara lain art & craft, hiking, jogging, dan lain-lain. Pada Februari 2020, Dusun Bambu mendapat penghargaan  Asean Sustainable Tourism Award di Brunei.

Dusun Bambu juga miliki program baru, yaitu Lembur Urang, yang baru saja diresmikan. Ini merupakan sebuah investment, mengusung konsep alam dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar, dan dibantu pula oleh masyarakat sekitar dalam banyak aspek. Mempunyai keindahan budaya yang kaya, Lembur Urang berhasil bertahan di masa krisis seperti pandemi saat ini.

Bangunan Leuit. Sumber: 123RF

Berbicara mengenai leuit, atau bangunan penyimpan hasil bumi, Dusun Bambu mengadopsi konsep dari bangunan khas Ciptagelar ini. Ciptagelar merupakan sebuah desa di Sukabumi, bangunan leuit merupakan bangunan yang diciptakan untuk penghargaan terhadap padi (menyimpan padi dalam waktu lama untuk sumber kehidupan).

Etalase budaya Sunda untuk Ciptagelar di Lembur Urang diresmikan pada tahun 2021. Lembur Urang menghadirkan ragam permainan tempo dulu, penyambutan tamu dengan pertunjukkan musik dan tari-tarianan khas di lobby, ada pula taman Lavender, permainan sampan tradisional, sepeda bambu, eco print art&craft dengan material bunga, daun dan sebagainya.

Memiliki konsep yang sama dengan Dusun Bambu, Lembur Urang juga menjalankan prinsip ekonomi. Tersedia kain tenun yang dapat pengunjung beli, kain tenun ini didatangkan langsung dari desa Baduy, dan aneka retail-retail lainnya didatangkan langsung dari daerah asal mereka. Untuk jenis kuliner yang tersedia disini, terdapat 3 genre kuliner, yaitu masakan tradisional Sunda khusus menu-menu olahan daging bebek, dan di Café Bungrangrang, mengusung konsep makanan khas Asian dan Western.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS