Di era sekarang, perusahaan maupun organisasi dituntut untuk bisa kreatif dan inovatif agar relevan dengan pasar yang dinamis dan kebutuhan pelanggan kekinian. Guru Marketing Hermawan Kartajaya dalam banyak kesempatan mengatakan bahwa di tengah perubahan yang serba cepat, perusahaan atau organisasi harus menerapkan CI-EL atau Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership.
Semangat ini tidak hanya berlaku di ranah bisnis, tetapi juga di pelayanan publik hingga lembaga-lembaga pemerintahan seperti Kementerian Agama (Kemenag). Menyadari pentingnya perubahan, Kemenag di bawah kepemimpinan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah melakukan serangkaian inovasi kreatif.
Menurut Hasanuddin Ali, Tenaga Ahli Menteri Agama, sedikitnya ada empat inovasi yang dilakukan kementerian. Pertama, implementasi digital dalam bentuk SuperApp PUSAKA (Pusaka Layanan Keagamaan). “Sebagai superapps, aplikasi ini menjangkau banyak layanan, dari pendaftaran haji, pencatatan pernikahan, lelang, hingga pendidikan,” kata Hasanuddin.
Kedua, Revitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA). Menurutnya, revitalisasi ini dilakukan dalam rangka Kemenag ingin mengubah wajah KUA yang selama ini dipersepsikan hanya sebagai tempat pencatatan pernikahan ke banyak layanan lainnya. Hasan menyebut contoh, dari pemberdayaan ekonomi, bimbingan keluarga, deteksi dini konflik antarumat beragama, dan sebagainya. “Saat ini, sudah ada 600 KUA di Indonesia yang sudah direvitalisasi,” katanya.
Revitalisasi ini diwujudkan dalam tiga hal, yakni perbaikan sarana dan prasarana kantor KUA, perbaikan standar pelayanan, serta pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM). “Ada perbaikan dan peremajaan kantor KUA. Orang-orangnya dilatih agar memiliki budaya melayani,” imbuh Hasanuddin.
Ketiga, Kemandirian Pesantren. Melalui program ini, pemerintah melalui Kemenag mendukung pesantren untuk bisa lebih mandiri dari sisi finansial agar mampu menjalankan tiga fungsi pesantren, pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat lebih optimal. Bentuknya berupa bantuan modal inkubasi bisnis, pelatihan manajemen dan bisnis, serta pendampingan usaha agar tetap berada di jalur yang tepat. “Sejak tahun 2021 hingga sekarang, sudah ada 2.500 pesantren yang disentuh dengan program ini,” ujarnya.
Keempat, Inovasi di Bidang Haji. Menurut Hasanuddin, tahun ini merupakan tahun pertama kalinya sistem haji menerapkan skema Murur. “Skema ini cukup efektif untuk mendorong jemaah dari Arafah menuju Mina cepat, terutama untuk jemaat haji yang masuk kategori lansia. Efektif karena bisa mengantisipasi keterlambatan jemaah haji saat berangkat dari Muzdalifah ke Mina,” katanya.