Kampanye pemasaran menggunakan konsep gamification bukanlah barang baru dalam beragam aktivitas bisnis. Banyak perusahaan menerapkan gamification sebagai sebuah sarana untuk meningkatkan interaksi dan engagement dengan konsumen dan calon konsumennya.
Banyak merek di Indonesia yang menerapkan gamification, baik dalam skala yang sederhana maupun dalam skala yang jauh lebih kompleks. Nissan Motor Indonesia (NMI) misalnya. Dalam beberapa tahun terakhir Nissan mengadakan Nissan GT Academy sebagai sarana demokratisasi motorsport di Indonesia.
“Semua orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi pembalap profesional asalkan memiliki kemauan dan tekad yang kuat. Ini adalah bentuk inovasi kami untuk memberikan excitement bagi semua orang. Kami ingin semua orang percaya, bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin bila kita mau terus berinovasi,” ujar Hana Maharani selaku Head of Communications NMI.
Nissan GT Academy 2016 adalah kerja sama antara Nissan dengan PlayStation serta didukung oleh versi terbaru video game Gran Turismo Sport. Pada 2016 lalu, Nissan berhasil menggaet 250.000 peserta yang turut berpartisipasi dalam ajang tersebut.
“Sesuai tagline Nissan, Innovation that Excites, Nissan berusaha membuat inovasi dalam setiap produk ataupun kegiatan-kegiatannya. Salah satu bentuk inovasi adalah melakukan penyesuaian yang sesuai dengan perkembangan teknologi dalam kegiatan Nissan, baik yang berupa brand campaign atau product campaign,” tambah Hana.
Nissan beralasan, saat ini penetrasi gadget yang terhubung ke jaringan internet semakin tinggi. Melihat tren ini, Nissan mempercayai bahwa teknologi merupakan pendekatan yang penting untuk membantu perusahaan lebih banyak menjangkau masyarakat Indonesia.
Meskipun begitu, Hana menambahkan bahwa tidak semua teknologi nantinya akan diterapkan. Alasannya teknologi yang terlalu rumit terkadang hanya bisa dinikmati oleh kalangan yang terbatas, sehingga belum tentu bisa menjangkau semuanya.
“Dari segi biaya sifatnya relatif. Tapi dalam banyak hal, penggunaan teknologi terkadang memudahkan dalam penyebaran informasi dan sifatnya lebih murah daripada kampanye biasa,” ungkap Hana