Bisnis properti menjadi salah satu lini yang terkena imbas dari pandemi, COVID-19. Berada di tengah ketidakpastian, customer cenderung membelanjakan uang mereka untuk kebutuhanan pokok dan kesehatan dibandingkan keperluan lain, seperti properti. Lantas, akan seperti apa masa depan perilaku customer di industri properti?
Survei MarkPlus, Inc., bertajuk Industry Roundtable Pre-Survey: Property Industry Perspective menunjukkan, customer expectation akan berkaitan dengan persoalan kesehatan.
Customer akan memperhatikan health protocol (62%), fasilitas sanitasi lingkungan perumahan (57%), dan kedekatan lokasi properti dengan fasilitas kesehatan (50%).
Sementara, setengah dari responden tersebut juga mengaku mencari properti hunian masa depan yang bukan merupakan Red Zone dari COVID-19 (54%).
Hunian dengan design layout yang fleksibel dan dapat mengakomodir kebutuhan bekerja dan belajar dari rumah akan semakin dicari. Termasuk, hunian yang menyediakan open space, tempat berolahraga, hingga fasilitas yang dapat diakses dengan berjalan kaki.
Customer juga memperhatikan kemampuan developer dalam mengelola kawasan yang mengedepankan aspek Clean, Healthy, Safety (CHS).
Di sisi lain, para pelaku bisnis properti memproyeksi akan terjadi perubahan cara jual-beli properti di kondisi normal baru.
Chong Ming Hwee, CEO 99 Group Indonesia mengatakan, ada tujuh cara baru untuk menjual properti. Mulai dari 360 derajat dan VR Tours, Webinar, Artikel, KPR Simulations, Live Chat, Flash Sales, dan Booking Online.
Deretan cara baru menjual properti tersebut dapat dimaksimalkan para pemain di kondisi normal baru. Pasalnya, meskipun mayoritas customer cenderung menunda pembelian properti, fakta menunjukkan, customer masih tertarik untuk memantau kondisi pasar properti di Indonesia.
Hal ini diperkuat dengan kecenderungan customer properti dalam memanfaatkan kanal digital untuk mencari tahu informasi mengenai produk, pengembang, dan harga. Ming mengungkapkan, hingga Mei 2020, pencarian kata kunci Rumah Dijual meningkat hingga 48%.
Sementara, data Rumah123.com menunjukkan, ada 62% masyarakat di Jabodetabek yang masih mencari properti. Sebanyak 66% bagian dari mereka berada di rentang umur 21-40 tahun atau didominasi Milenial.
Dari minat pembeli properti yang masih cenderung tinggi, Ming menegaskan, ekspektasi kanal penjualan yang lebih aman juga terjadi di kalangan customer industri ini.
Selama pandemi, 65% customer masih merasa takut untuk berinteraksi secara langsung, sementara terobosan pengenalan properti lewat teknologi foto 360 derajat dan VR berhasil memuaskan 96% pembeli properti.
“Inilah mengapa nantinya penjualan melalui portal-portal properti, media sosial, aplikasi, hingga teknologi seperti VR dan hingga online property expo akan menjadi pasar ini. Yang pasti, pelaku industri harus bersiap dan benar-benar mewujudkan inovasinya untuk memenuhi ekspektasi customer,” jelas Ming dalam gelaran Industry Roundtable: Surviving the COVID-19, Preparing The Post, Property Industry Perspective beberapa waktu lalu.