Menilik Pelatihan Awak Kabin Garuda Indonesia

marketeers article

Di industri penerbangan, faktor keamanan adalah hal pertama yang diperhatikan oleh setiap pemain. Namun, hal itu saja tidak cukup untuk bersaing. Berbagai keunggulan lain juga ditawarkan, seperti harga yang murah hingga harga terbaik.

Bagi maskapai penerbangan Garuda Indonesia, peran terpenting kedua mereka dalam membangun bisnisnya adalah servis yang unggul. Diakui, untuk memberikan pelayanan yang unggul namun tidak mengganggu faktor keamanan bukanlah hal yang mudah. Apa yang terjadi?

Keamanan adalah faktor yang tidak bisa ditoleransi di industri ini. Bagi Garuda Indonesia, servis yang unggul adalah faktor kunci kekuatan mereka. Namun, posisinya masih di bawah faktor keamanan yang mereka buat. Sebagai bagian dari Sky Team, keduanya diperhatikan dengan seksama dan memberi tantangan tersendiri ketika melakukan pelatihan kepada para awak kabin.

“Bagi awak kabin kami, hal pertama yang diberikan ketika mereka lulus seleksi masuk perusahaan ini adalah “pencucian otak” mengenai keselamatan. Para awak kabin akan diberi pelatihan mengenai keamanan dan keselamatan penumpang dan seluruh orang di dalam pesawat. Dan, pelatihan ini sangat ketat dan tidak ada toleransi pada kegagalan,” jelas Alvin Maulana, Head of Brand Development & Partnership Garuda Indonesia di Philip Kotler Theatre Class, Jakarta, Rabu (30/09/2015)

Setelah para awak kabin tersebut lulus pelatihan keamanan dan keselamatan, mereka baru akan menerima pelatihan mengenai pelayanan yang unggul. Di tahap ini, tantangan justru datang kepada para pelatih. Awak kabin akan cenderung menjadi lebih galak karena mereka akan mempertanyakan apakah faktor keamanan tidak akan terganggu jika dikombinasikan dengan pelayanan.

Meski demikian, pelatihan mengenai servis bukan berarti tidak ketat. Setiap mimik dan gerak awak kabin telah diatur dan disesuaikan. Misalnya, senyum yang terbaik, salam, hingga tata cara berbicara dengan penumpang akan dilatih. Termasuk pelatihan servis yang mengusung pengalaman khas Indonesia. 

“Awak kabin yang telah lulus berbagai pelatihan dan memiliki sertifikatlah yang boleh terbang. Namun, saat mereka terbang pun tetap dibawah pengawasan. Bagi mereka yang tidak atau standar layanannya menurun, akan dikembalikan lagi dan diberi pelatihan sebelum diperbolehkan untuk terbang. Hal ini akan memengaruhi besaran gaji mereka,” imbuh Alvin.

Semakin banyak jam terbang mereka, akan semakin banyak gaji yang akan mereka diterima. Bukan hanya itu, awak kabin dengan penilaian terbaik bisa memilih rute penerbangan kesukaan mereka.

Dengan sistem pelatihan yang Garuda Indonesia miliki, mereka kembali menyabet penghargaan The World's Best Cabin Crew pada tahun ini yang diberikan oleh Skytrax saat acara Paris Airshow 2015. Di sini, Garuda Indonesia berhasil mengalahkan Singapore Airlines yang hanya bertengger di posisi ketiga.

Related

award
SPSAwArDS