Menilik Tiga Cara Pemasaran Presisi Pariwisata

marketeers article

Memasarkan pariwisata saat ini tak lagi sama dengan cara lama. Di tengah dunia yang kian kompleks atau biasa disebut dengan era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), pemasaran tak bisa lagi sekadar pemasaran biasa, melainkan harus presisi. Hermawan Kartajaya, Founder sekaligus Chairman MarkPlus Inc, mengatakan ada tiga cara pemasaran presisi yang paling tidak harus diperhatikan di bidang pariwisata. Kira-kira apa saja?

Pemasar saat ini dikatakan Hermawan tak bisa sekadar menjawab wants dan needs pasar, melainkan anxieties dan desires dari target konsumen. Dalam bidang pariwisata, pendekatan pemasaran presisi yang dilakukan terhadap kebutuhan wisatawan dapat dilakukan dengan memberikan specific needs, specific offer, dan specific value.

Precision Customer Managament

“Segmentasi tidak hanya bersifat agregat, melainkan kombinasi dari aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku,” terang Hermawan di Jakarta, Senin (23/07/2018).

Pemasar pariwisata dapat membuat paket destinasi wisata yang memenuhi specific needs dari target pasar mereka. Tidak hanya itu, para pemasar juga dapat bercermin dari tujuh tren global dalam pariwisata di tahun 2017, meliputi milennials, female solo travellers, bleisure, mobile photography, active and adventure trips, food tourism, dan responsible tourism.

“Kalau lebih simple-nya, semua ada dalam tiga kata, yakni YWN (Youth, Women, Netizen),” ujar Hermawan.

Precision Product Management

Untuk menghasilkan strategi yang presisi, Hermawan mengatakan diperlukan penawaran (offering) yang sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dari wisatawan.

Ada beberapa poin yang patut diperhatikan, Pertama, terkait desired destinations berarti harus ada destinasi-destinasi yang sesuai dengan apa yang menjadi anxieties and desires dari masing-masing segmen secara spesifik. Kedua, dari segi value over price, para pemasar dikatakan Hermawan harus memahami bahwa active and adventure trips tak selalu identik dengan backpacking. Penawaran menarik seperti gampling dapat mengakomodasi pasar tertentu pula.

Ketiga, tailored message berarti pesan-pesan dalam promosi harus disesuaikan dengan masing-masing segmen. “Tentu, tanpa meninggalkan pesan utama dari Wonderful Indonesia,” kata Hermawan.

Tak ketinggalan, poin Keempat adalah conversational media di mana para pemasar harus meningkatkan kehadiran promosi di situs-situs online, media sosial, dan Key Opinion Leaders dari pasar-pasar prioritas.

Terakhir, selected sales channels dalam arti menggunakan kanal-kanal penjualan yang sesuai dengan preferensi dan perilaku wisatawan.

Precision Brand Management

Poin yang tak kalah penting adalah menciptakan specific value. Hermawan menjelaskan, persoalan branding dan subranding perlu diupayakan secara nasional untuk diturunkan hingga tingkat yang lebih rendah (kota, kabupaten, desa/kecamatan) guna menjawab kebutuhan wisatawan dengan lebih spesifik.

“Peranan pariwisata dalam tourist journey bukan lagi menciptakan awareness, melainkan meningkatkan commitment dan affinity wisatawan,” papar Hermawan.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related