Kinerja industri manufaktur kian digenjot mengingat sektor ini padat karya dan berorientasi ekspor. Upaya menciptakan iklim usaha yang kian kondusif pun dilakukan guna mendorong pengembangan industri manufaktur melalui beberapa langkah strategi. Apa saja?
Salah satu yang tengah diupayakan adalah persoalan kebijakan investasi. “Mengenai kebijakan investasi, kami mengusulkan industri furnitur masuk pada kelompok industri yang mendapatkan insentif tax allowance,” ujar Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian melalui keterangan persi di Jakarta, Senin (11/03/2019).
Selain itu, mengusulkan sektor pendukung industri furnitur seperti industri lem, industri grendel, dan aksesoris lainnya agar juga mendapatkan insentif tax allowance. “Sedangkan, terkait kebijakan untuk mendongkrak daya saingnya, kami telah mengusulkan insentif super deductible tax guna mendorong pengembangan SDM vokasi dan inovasi teknologi,” imbuhnya.
Kebijakan lainnya adalah menjamin ketersediaan bahan baku berupa larangan ekspor bahan baku log/kayu dan rotan asalan. Selanjutnya, diperlukan pula kebijakan pengembangan desain melalui market intelligenceserta kemudahan akses ke bahan baku melalui sistem tata kelola logistik bahan baku kayu dan rotan.
“Kami juga telah membangun Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal untuk menyiapkan dan meningkatkan kompetensi SDM yang terampil dan entrepreneur baru. Selain itu, fasilitasi pembiayaan ekspor melalui LPEI,” ucapnya.
Airlangga menekankan pula agar industri furnitur nasional terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global. Ini sesuai dengan implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam rangka kesiapan memasuki era industri 4.0.
“Inovasi akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk, tak terkecuali untuk produk furnitur, terutama karena industri furnitur erat sekali kaitannya dengan lifestyle,” tegasnya. Di samping itu, Menperin turut menghimbau agar masyakakat semakin meningkatkan penggunaan produk furnitur dan kerajinan produksi dalam negeri.
“Seperti pembuatan bangku sekolah dari rotan. Bagi industri yang sudah bisa memproduksi, bisa memasukkan ke dalam e-katalog pemerintah. Kami sudah punya kebijakan mendorong lokal konten. Apabila barang produksi nasional harganya lebih murah 15 persen, itu akan diberikan prioritas untuk menggunakan barang tersebut,” imbuhnya.