Oleh Edo Oktorano Erhan, Head of Corporate Communication at Gushcloud Indonesia
Perkembangan dunia digital di Indonesia, khususnya media sosial, angkanya semakin hari semakin menanjak. Bukan cerita baru bahwa setiap media sosial yang angka penggunanya bertumbuh di seluruh dunia. Indonesia selalu menyumbang angka di atas rata-rata atau bahkan terbilang mendominasi.
Melihat data yang dikeluarkan oleh We Are Social, dari total populasi Indonesia sebanyak 274,9 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 170 juta. Artinya, jumlah pengguna media sosial di Indonesia setara dengan 61,8% dari total populasi pada Januari 2021. Angka ini bahkan meningkat 10 juta, atau sekitar 6,3% dibandingkan tahun lalu. Pandemi, membuat masyarakat semakin terpenetrasi untuk lebih banyak berinteraksi di media sosial.
Angka ini sangat menarik, terlebih untuk para pemilik merek atau mereka yang bergulat dengan strategi marketing. Pertumbuhan bisnis periklanan, khususnya media sosial begitu pesat dengan improvisasi dan peluang di dalamnya. Secara terus menerus, aktivitas periklanan yang melibatkan media sosial semakin masif. Salah satu yang paling berdampak dari pertumbuhan angka digital khususnya media sosial ini adalah lahirnya para content creator atau masyarakat biasa menyebutnya influencer. Industri advertising dengan media sosial dan influencer sebagai aktivitas utama ini biasa disebut dengan Influencer Marketing.
Gushcloud Indonesia, salah satu pemain di industri ini, tergolong cukup kaya dengan pengalaman studi kasus yang sudah dilewati. Lahir di Singapura pada tahun 2011 dan besar di Indonesia sejak tahun 2013, Gushcloud Indonesia menjadi salah satu partner di Influencer Marketing yang cukup diperhitungkan baik oleh para pemilik merek, influencer, atau stakeholder lain yang berhubungan. Seiring berjalannya perkembangan industri, Gushcloud saat ini melebarkan bisnisnya ke industri entertainment dengan fokus pada IP (intellectual property) dan talent management dalam entiti lainnya bernama GCX Studios.
Terlepas dari semua aktivitas Gushcloud di industri ini, ada hal yang menarik perhatian Gushcloud untuk bergerak. Media sosial dengan semua aktivitasnya, disadari atau tidak, sudah meninggalkan polusi yang cukup mengkhawatirkan. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII dengan hasil surveinya mengatakan bahwa 49% dari pengguna internet di Indonesia pernah mengalami perundungan atau bullying. Namun, hal lain yang tidak kalah signifikan adalah pengaruh konten yang diciptakan oleh para pengguna media sosial terhadap perilaku atau pola pikir netizen. Atas dasar inilah, Gushcloud Indonesia bergerak dalam corporate communication menginisiasi beberapa agenda yang melibatkan content creator dan stakeholder lain untuk bergerak memberikan dampak.
Lalu bagaimana para influencer yang semestinya berpengaruh ini menjadi seorang impacter dan lebih berdampak? Ada tigahal yang selalu kami yakinkan penting untuk dipertimbangkan sebelum kita berdiskusi dengan para content creator. Kami selalu berbicara tentang value, experience, dan impact.
Hal penting pertama adalah value. Sebelum kita datang untuk mengajak para content creator, penting untuk kita samakan nilai atau pesan apa yang akan kita sampaikan ke audiens. Ini menjadi pintu utama untuk membangun chemistry, menyamakan perspektif untuk sama-sama menyampaikan nilai atau pesan baik ke audiens secara jujur.
Gushcloud selalu melihat bahwa content creator merupakan partner yang sesungguhnya memiliki nilai baik yang perlu difasilitasi. Sama halnya ketika kami bekerja sama dengan Satya Winnie, salah seorang content creator yang punya kepedulian tinggi dengan masyarakat adat dan lingkungan hidup. Ketika kami datang dengan nilai atau pesan yang sama, bukan hal sulit untuk kami dan Satya Winnie bertukar perspektif untuk memperkuat nilai atau pesan yang akan kami sampaikan ke audiens.
Hal kedua yang juga penting adalah experience atau pengalaman yang secara langsung bisa dinikmati oleh content creator.Kami percaya, content creator tidak melulu tentang monetary. Ada hal lain yang bisa kita lakukan untuk mengapresiasi mereka, yaitu pengalaman.
Dengan demikian, para content creator bisa secara langsung ikut menikmati pengalaman saat menyampaikan nilai atau pesan baik tersebut dan ini memperkuat keyakinan mereka untuk lebih banyak terlibat secara jujur dan antusias. Contoh lainnya adalah ketika kami mengajak Amel Carla, Fasty Nabila, dan Salshabilla Adriani untuk ikut terlibat di pagelaran Jakarta Fashion Week.
Yang menjadi spesial adalah mereka berlenggok di runway Jakarta Fashion Week bersama rekan-rekan difabel, penyandang down syndrome dari Seribu Paras, salah satu partner NGO kami. Tentu ini menjadi pengalaman yang sangat luar biasa. Bukan hanya berbicara secara verbal tentang nilai equality, tapi merasakan secara langsung dan terlibat dalam sebuah gerakan yang berdampak langsung.
Hal terakhir adalah bagaimana kita mengukur dan mencapai impact. Jelas bahwa semuanya akan sia-sia jika kita tidak bisa memberikan dampak baik untuk audiens, content creator, atau stakeholder.
Ketiga hal itu menjadi kesatuan yang selalu kami tekankan sebagai modal utama untuk melibatkan para content creator dalam sebuah agenda. Memfasilitasi stakeholder kami, termasuk para content creator, untuk bisa berdampak secara jujur. Cara sederhana kami untuk ikut bertanggung jawab memperbaiki dunia internet yang semakin banyak polusinya.
Gushcloud sangat percaya bahwa content creator bukanlah media semata. Mereka adalah partner, baik dalam hal bisnis ataupun non-commercial agenda. Mereka adalah representasi dari audiens kita dan jembatan nilai-nilai baik yang masih perlu kita suarakan. Seperti yang selalu Gushcloud katakan, “Creating Tomorrow’s Positive Influence”, kami merasa perlu untuk terus melibatkan para content creator untuk membangun semakin banyak hal-hal positif dan berdampak. Dengan demikian, akan semakin banyak content creator yang bukan hanya berpengaruh tapi juga berdampak. Tentu dalam hal baik.