Membicarakan e-commerce tentunya tidak akan lepas dari dua komponen pendukunganya, yakni jaringan logistik dan sistem pembayaran. Keduanya merupakan komponen pendukung yang memiliki peranan yang amat vital dalam hal meningkatkan penetrasi pasar e-commerce Indonesia untuk menjangkau pengguna yang lebih luas.
Saat ini permasalahan logistik adalah masalah infrastruktur dan jangkauan. Tidak dipungkiri, dalam beberapa tahun terakhir ada upaya dari pemerintah dalam memperluas jaringan infrastruktur. Hal ini dimaksudkan agar siklus distribusi semakin lancar dan semua daerah di Indonesia hingga pelosok bisa mendapatkan imbasnya. Pasalnya fluktuasi barang-barang di Indonesia sangat bergantung pada permasalahan logistik.
Di satu sisi, e-commerce merupakan salah satu sumber utama dari pendapatan para pelaku bisnis logistik. Berdasarkan riset dari PwC, tercatat sebanyak 25% dari pendapatan bisnis logisitik didapatkan dari layanan pengiriman barang-barang e-commerce.
Tahun 2019, baik pemain logistik dan pelaku e-commerce dihadapkan dengan permasalahan bagaimana barang bisa sampai ke tangan konsumen dengan cepat. Riset PwC menemukan bahwa konsumen Indonesia menginginkan barang yang mereka beli dapat diterima pada hari yang sama ketika mereka melakukan transaksi. Bahkan, sebanyak 72% responden menyebutkan bahwa mereka lebih tertarik dengan promosi dalam bentuk bebas biaya pengiriman dibandingkan promosi lainnya.
Bila melihat pasar yang sudah mapan seperti di China dan Amerika Serikat, pelaku e-commerce di sana bisa mengirimkan barang ke tangan konsumen dalam hitungan jam. Bahkan ada yang menjanjikan barang akan sampai dalam durasi satu jam setelah pembayaran.
Permasalahannya, layanan same day delivery di Indonesia memang sudah diterapkan. Hanya saja, hal ini masih terkendala waktu dan lokasi. Katakan, kebanyakan layanan same day delivery baru bisa dinikmati oleh konsumen di kota-kota besar, atau Jakarta saja lebih tepatnya.
Terminologi same day delivery harus lebih jelas dikomunikasikan kepada konsumen. Pasalnya, tidak semua paham akan hal ini. Saat ini kebanyakan marketplace membatasi waktu maksimal pengiriman same day delivery sebelum pukul 16.00. Artinya semua transaksi setelah jam tersebut akan dikirim keesokan harinya.
Christin Djuarto, Director Shopee Indonesia menjelaskan bahwa besar kemungkinan pada tahun 2019 nanti batas maksimalnya akan ditingkatkan, yakni pada pukul 18.00. Tentunya hal ini membutuhkan koordinasi antara pelaku e-commerce dan pemain logistik. BIla masalah pengiriman same day delivery sudah terselesaikan, bukan tidak mungkin nantinya pengiriman barang bisa dilakukan dalam hitungan jam, seperti yang terjadi di China dan Amerika Serikat.
“Tahun depan masih terlalu awal bila kita membicarakan bermain dalam hitungan jam. Tapi nanti semuanya arahnya akan ke sana,” ujar Christin.
Sementara itu dari sisi sistem pembayaran, mayoritas pelaku e-commerce sudah menyediakan sistem pelayanan yang lengkap. Metode cash on delivery (COD), bank transfer, dan kartu kredit sudah umum ditemukan di mayoritas platform. Pembayaran via bank transfer masih mendominasi dari beragam transaksi. Disusul dengan metode pembayaran COD dan kartu kredit.
Hanya saja, pada tahun 2019 nanti akan terlihat peningkatan penggunaan layanan pembayaran digital sebagai salah satu metode yang akan digunakan konsumen. Sebut saja penggunaan layanan seperti Go-Pay, TCASH, OVO, Dana, dan layanan sejenis lainnya.
Selain itu, layanan dari platform kartu kredit digital seperti Akulaku dan Kredivo juga akan semakin meningkat. Kehadiran platform kartu kredit digital di satu sisi membuka segmen konsumen baru. Sebab, penetrasi kartu kredit di Indonesia masih rendah. Kehadiran mereka ini bisa membesarkan segmen baru dan memperbesar nilai transaksi. Di samping pembayaran digital dan kartu kredit digital, para pelaku e-commerce juga sudah memiliki layanan pembayaran digital milik mereka masing-masing.
“Tahun 2018 saja sudah banyak metode pembayaran digital. Tahun depan akan semakin mudah buat konsumen. Terlebih pemerintah juga mendukung gerakan cashless,” ujar Fajrin Rasyid, President Bukalapak.
Harus diakui, metode pembayaran digital tidak bisa dilawan. Apalagi, konsumen suka dengan suatu hal yang mempermudah mereka. Menurut Untung, ketika seseorang melakukan pembayaran secara non tunai, maka barang yang dibeli akan lebih besar secara nilai.
“Ketika kita bayar dan tidak megang uangnya, kita tidak merasakan sakitnya membayar. Otomatis orang jadi mau spending lebih banyak ketimbang memegang uang fisik,” kata Ketua Indonesia E-commerce Association (idEA) Ignatius Untung.
Ucapan Untung bukan isapan jempol belaka. Data PwC menyebutkan, 48% responden Indonesia akan berbelanja lebih banyak ketika menggunakan metode pembayaran digital. Dengan catatan, pelaku e-commerce dan pembayaran bisa meyakinkan masalah keamanan setiap transaksi.
Editor: Sigit Kurniawan