Ketika Menjual Properti Sama dengan Menjual Pecel Lele

marketeers article
46473676 rear view of young couple looking at their new house

Munculnya generasi millenial sebagai kekuatan ekonomi yang memiliki daya beli yang besar membuat banyak pelaku industri beramai-ramai menyasakar segmen satu ini. Industri properti merupakan indsutri yang turut menggarap segmen satu ini.

Para pengembang properti banyak yang menyesuikan properti mereka dengan selera millenial. Tidak sedikit juga mereka yang menambahkan embel-embel sebagai ‘property jaman now’ di dalam material promosi mereka.

Namun menurut Ignatius Untung selaku Country Manager Rumah123 hal ini tidaklah cukup. Menjual properti kepada millenial tidak sekadar menambahkan embel-embel tersebut.

“Zaman sekarang banyak pelaku usaha yang bilang sudah menerapkan big data, tapi sebenarnya mereka belum melakukannya secara sepenuhnya. Hal ini juga terjadi di sektor properti,” imbuhnya.

Ia menilai bahwa saat ini banyak pengembang yang mengklaim sebagai properti yang mengerti millenial, tapi sebenarnya mereka sama sekali tidak mengerti.

Hal ini dibuktikan dengan cara para pengembang dalam menjajakan produk propertinya. “Ini bisa dilihat dari cara mereka jualan. Kasih brosur segala macam. Kalau dilihat dari sisi harga dan paket pembiayaan terlihat bahwa mereka ini tidak paham,” kata Untung.

Bagi Untung, hal ini membuat latah para pengembang properti dengan memberikan material promosi yang sama dengan lainnya. Ia menegaskan bahwa dalam menjual properti kepada millenial tidak bisa hanya dengan menambahkan emebl-embel millenial.

“Menjual properti itu jadi seperti jualan pecel lele di jalan. Produknya sama, brosurnya sama. Pecel lele kan spanduknya mayoritas sama.”

Metode seperti ini yang pada akhirnya membuat pengembang membuat cara-cara yang sudah terlalu umum. Salah satu yang dicontohkan oleh Untung adalah metode ‘sogokan’ yang  mana pengembang memberikan hadiah seperti gadget, TV, dan paket wisata kepada calon konsumen.

“Ini kan jangka pendek, mereka tidak membangun keunikan sendiri. Kalau ada yang kasih diskon lebih menarik maka konsumen tentunya akan pindah,” pungkasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related