Masuknya dua grup perusahaan besar -Astra International dan Global Digital Niaga (GDN) dari Group Djarum- dalam sehari sebagai investor di Go-Jek memiliki arti tersendiri bagi Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Menurutnya, Indonesia saat ini bukan hanya melakukan revolusi tetapi evolusi besar, khususnya di sektor ekonomi digital. Bagi Rudiantara, masuknya perusahaan publik terbesar sekelas Astra International ke ranah digital akan memberikan pengaruh besar di ekonomi Indonesia.
“Saya berharap pergerakan Astra di Go-Jek akan menjadi penghela atau penarik evolusi ekonomi Indonesia menjadi ekonomi digital. Perubahan ini bukan teknologi yang mengubahnya. Tapi, proses bisnis dan mindset cara orang bekerja yang berubah memanfaatkan teknologi. Saya sangat yakin, the future is in a digital space,” ujar Rudiantara di acara pengumuman kerjasama antara Astra International dan Go-Jek.
Rudiantara juga mengatakan bahwa masa depan ekonomi digital ada di para startup ini bukan di perusahaan telekomunikasi. Dugaan Rudiantara, market cap dari salah tiga dari empat besar perusahaan telekomunikasi Indonesia, seperti Indosat, XL Axiata, dan Hutchinson 3 (tidak termasuk dari Telkom Group) yang telah berumur puluhan tahun jika digabungkan tidak lebih besar dari market cap milik empat unicorn startup di Indonesia yang berumur kurang dari 10 tahun.
“Lalu, kalau saya berbicara di sektor consumer banking, siapa pemilik consumer banking terbesar tahun 2030 dalam konteks payment, apakah Bank Mandiri atau BCA? Saya rasa akan dimiliki oleh Go-Pay,” ujar menteri yang akrab disapa Chief RA ini.
Menurutnya, kondisi ini didorong oleh dua faktor. Pertama, pada tahun 2030 Indonesia sedang berada di puncak bonus demografi yang usia produktifnya 2x lebih besar dibanding yang tidak produktif. Kedua, ketika pertumbuhan ekonomi di angka 5%, consuming class negara kita bisa berjumlah 145 juta konsumen.
Jika pertumbuhan ekonomi kita masuk 7%, jumlah consuming class akan mencapai 180 juta. Consuming class adalah kelompok konsumen yang sudah tidak mikir lagi akan makan apa saya hari ini, tapi saya mau beli apa hari ini.
Dan, diperkirakan, ekonomi Indonesia pada tahun 2030 setara dengan ekonomi negara di ASEAN saat ini jika dikumpulkan. Tentu kondisi ini harus didukung oleh infrastruktur yang mumpuni. Pemerintah pun segera menyelesaikan proyek Palapa Ring dalam membangun jaringan broadband hingga ke pelosok negeri.
Sampai saat ini, Palapa Ring paket Barat yang meliputi kawasan Natuna, Singkawang Kalimantan Barat dan sekitarnya akan beroperasi pada Februari 2018. Untuk Palapa Ring paket Tengah yang meliputi daerah Morotai Maluku Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Timur dan sekitarnya pertengahan tahun ini akan beroperasi.
Sedangkan Palapa Ring paket Timur di sekitar Papua, diharapkan konstruksinya selesai pada Desember 2018, sehingga tahun 2019 semua sudah bisa beroperasi. “Jadi tahun 2019, tidak ada lagi kabupaten yang tidak punya akses backbone untuk broadband. Pada 2019, kita akan menjadi negara nomor 2 broadband terbaik di Asia Tenggara. Infrastruktur ini penting, kita harus tetap membangun infrastruktur. Jika tidak mau beroperasi di mana kita semua ini?,” jelas Rudiantara.
Bukan hanya fokus membangun ekosistem di dalam negeri. Rudiantara juga berharap empat unicorn Indonesia bisa go international. Di ASEAN saat ini, terdapat tujuh unicorn. Empat di antaranya dari Indonesia, yakni Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak, lalu dari Singapura ada Sea, Malaysia dengan Grab, dan Filipina punya Revolution Precrafted.
Di sini, Rudiantara melihat hanya Go-Jek dan Grab yang punya potensi bisnis model dan bisnis proses yang mirip-mirip. Di luar itu, belum ada lagi yang bertabrakan. Rudiantara pun menanyakan, mengapa antarpemain di Asean saling memasuki pasar satu sama lainnya?
Unicorn Indonesia harus didorong untuk masuk ke pasar luar Indonesia. Ia pun berjanji akan membuka pasar dan berbicara dengan para Menteri Komunikasi di Asean. Sehingga nantinya Asean akan menjadi pasar yang lengkap sebelum dikoreksi oleh kawasan lain. Unicorn-unicorn ini harus berperan di kawasan Asean.
Unicorn di Indonesia masih kurang
Empat unicorn di Indonesia menurut Rudiantara masih kurang. Pemerintah pun menargetkan ada satu unicorn lagi sampai 2019. Kominfo juga sudah membentuk program bertajuk Next Indonesian Unicorn (Nexticron).
Program ini merupakan bentuk kerja sama antara Kemkominfo dengan Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) dan Ernst & Young Indonesia. Melalui Nexticorn, startup akan dipertemukan dengan para investor global dan nasional untuk memperoleh pendanaan, terutama yang ingin memulai seri B.
Dalam memuluskan semua rencana ini, Rudiantara mengatakan bahwa fokus pemerintah saat ini bukan bukan menjadi regulator lagi. Bahkan di Kominfo, rezim regulasinya sudah tidak untuk berinovasi harus izin Kominfo terlebih dahulu. “Saya jamin tidak. Cukup jika ada inovasi daftarkan ke Kominfo. Kami harus membuka ruang kreasi bagi siapa pun. Orang mau berbisnis kenapa harus dipersulit. Nanti kalau sudah besar baru kami ajak bicara, misalnya soal pajak,” tegas Chief RA.
Jadi pemerintah akan membiarkan kreativitas bertumbuh bebas di negeri ini, baru ditata agar rapi. Pemerintah juga harus memberikan insentif bukan halangan.
Di sisi lain, ada dua mimpi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Rudiantara mengakui bahwa ia menarik pelajaran dari Jack Ma ketika berbicara dengan Presiden Joko Widodo. Bahwa Jack Ma saat ini tengah fokus pada dua hal, yakni payment system dan logistik.
Berbicara logistik, pemerintah saat ini sedang mentransformasi PT Pos Indonesia yang orientasinya pada surat menjadi perusahaan logistik. Mereka saat ini telah mempekerjakan world class consultant yang menghabiskan uang yang banyak demi mentransformasi diri. Sementara di payment system, harus dilakukan akselerasi. Upaya ini juga sedang dilakukan oleh Chief RA.
Editor: Eko Adiwaluyo