Masuknya investasi industri kendaraan bermotor ke Indonesia tak ingin dilewatkan begitu saja oleh pemerintah. Melalui Kementerian Perindustrian, mereka mendorong produksi baja untuk otomotif dikembangkan di Indonesia. Apalagi, Indonesia tengah mempercepat pembangunan infrastruktur, konstruksi, kapal, dan industri lainnya, seperti elektronika yang sangat membutuhkan pasokan baja.
“Ambil contoh saja, Toyota, Mitsubishi, dan Suzuki terus menanamkan modal dan menambah produksi. Belum lagi bakal berdiri pabrik SGMW Wuling asal Tiongkok di Cikarang. Ini jadi gambaran bagaimana kebutuhan baja ke depan yang spesifik untuk otomotif,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di kantor pusat Pohang Iron & Steel Company (Posco), Seoul, Korea Selatan, Senin (7/12/2015).
Seperti yang dilakukan Posco, di Indonesia, Posco telah bermitra dengan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membentuk perusahaan patungan, Krakatau Posco. Perusahaan ini mengoperasikan pabrik baja di Cilegon, Banten. Melalui dua tahap, total kapasitas produksi Krakatau Posco ditargetkan enam juta ton baja per tahun.
Pada pembangunan tahap pertama, pabrik Krakatau Posco yang selesai dibangun pada tahun 2013 berkapasitas tiga juta ton baja per tahun dan mulai berproduksi.
Ke depan, tegas Menperin, industri baja didorong untuk membangun pabrik baja terintegrasi dari hulu hingga hilir, termasuk menghasilkan baja otomotif. “Saya minta Posco jangan tanggung-tanggung. Kita undang Posco membangun juga pabrik baja hulu hingga hilir dan memproduksi baja otomotif yang lebih tipis dan memiliki lebar 1.650 milimeter sehingga sesuai kebutuhan industri kendaraan bermotor,” kata Saleh.
CEO Posco Kwon Oh Joon mengatakan, pihaknya berkomitmen memperkuat produksi baja dan mengembangkan pabrik yang terintegrasi. Posco berkomitmen membangun dari hulu ke hilir. “Kami memohon dukungan dari pemerintah Indonesia agar segera berwujud. Langkah ini dilakukan untuk mengejar target yang diharapkan Presiden RI Joko Widodo untuk mewujudkan steel champion di Cilegon,” ujar Joon.
Menperin menambahkan, industri baja hulu ke hilir memang memerlukan dana besar. “Untuk saat ini, harga baja memang turun, tapi kebutuhan baja tidak hanya jangka pendek jadi meski dalam kondisi seperti ini, begitu dibangun maka dampaknya jangka panjang,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan