Memahami kultur dan karakter masyarakat menjadi langkah penting dalam dialog lintas budaya. Hal ini menjadi modal besar dalam kolaborasi antarbangsa yang memiliki kultur dan karakter masyarakat yang berbeda. Demikian juga, kolaborasi antara Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim dengan Tiongkok.
Menurut Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas Indonesia dan Tiongkok telah menjalin hubungan yang erat sejak zaman dahulu. Tidak hanya hubungan diplomatik antarnegara, tetapi juga hubungan budaya dan dagang. “Hubungan budaya ini tercemin dari saling memengaruhinya kedua budaya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, hubungan dagang tercermin dari saudagar-saudagar Indonesia dan Tiongkok telah bertukar hasil dagang, seperti keramik dan rempah sejak Abad ke-7 Masehi,” kata Yaqut dalam seri dialog lintas budaya bertajuk Understanding Indonesian Muslim Culture yang digelar secara daring oleh China Indonesia Management Association (CIMA), Sabtu (13/03/2021).
Indonesia, menurut Yaqut, merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Pada tahun 2010, Indonesia menyumbang 13.07% penduduk muslim dunia. Angka ini lebih besardari Pakistan, Bangladesh, dan India. Secara nasional, proporsi penduduk muslim di Indonesia sebesar 87,2% dari total populasi peduduk Indonesia atau setara dengan 227 juta jiwa.
Dari sisi kepulauan, mayoritas penduduk muslim ada di pulau Jawa dan Sumatera. Dari sisi organisasi sosial keagamaan, mayoritas umat Islam Indonesia berafiliasi dengan Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Sebesar 59,2% umat Islam mengaku berafiliasi dengan NU dan 10,6% terafiliasi dengan Muhammadiyah. Sementara, sisanya tersebar ke ormas-ormas lain.
Hal tersebut, sambung Yaqut, juga tercermin dari ritual keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam. Misalnya tahlilan, maulid, ritual-titual lokal di Indonesia yang dilakukan NU. Secara umum, umat muslim Indonesia menganggap bahwa posisi agama sangat penting bagi kehidupan mereka.
Menurut riset Pew Research Center pada tahun 2020, sebesar 98% masyarkat muslim Indonesia beranggapan agama penting bagi kehidupan keseharian. Angka ini lebih tinggi, bahkan dari negara-negara Timur Tengah. Meski Indonesia mayoritas berpenduduk Islam, tapi mayoritas memiliki pandangan moderat dan setuju dengan ideologi negara, Pancasila. “Sebanyak 81,6% muslim Indonesia setuju dengan Pancasila. Ini merupakan modal dasar yang sangat bagus untuk keutuhan Indonesia,”katanya.
Indonesia sebagaimana negara-negara lain menghadapi tantangan menguatnya arus konservatisme keagamaan, terutama akibat pengaruh media sosial yang kuat di kalangan penduduk muda. “Berbagai riset yang dilakukan oleh banyak lembaga menunjukkan ada gejala meningkatnya intoleransi. Meski demikian, kita tidak perlu khawatir berlebihan karena tren ini belum menjadi arus utama masyarakat Indonesia,” katanya.
Kementerian Agama sebagai kementerian yang memiliki tanggung jawab kehidupan keagamaan terus berupaya membuat kebijakan-kebijakan yang memperkuat kehidupan beragama yang lebih harmonis bagi semua anak bangsa agar proses investasi dan pembangunan di Indonesia bisa berjalan dengan baik.
Sebagai menteri agama, Yaqut telah menetapkan dan memprioritaskan tiga kebijakan utama. Pertama, peningkatan pelayanan keagamaan yang lebih berkualitas, lebih baik, dan merata untuk semua masyarakat Indonesia. Kedua, penguatan moderasi beragama yang bertujuan menghadirkan kehidupan beragama yang lebih moderat. Ketiga, transformasi digital sebagai proses adaptasi kementerian agama dengan teknologi informasi.
“Kami menyambut baik ajakan kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak termasuk CIMA untuk bersama membangun bangsa,” pungkas Yaqut.