Kontribusi Korea Selatan dalam menanam investasi di Indonesia selama lima tahun terakhir mencapai 71% di industri manufaktur. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto tengah membidik investor Korea Selatan untuk merealisasikan penanaman modal produksi di Indonesia dalam ASEAN Leadership Conference di Korea Selatan, Senin (03/07/2017).
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, Korea Selatan merupakan investor nomor tiga terbesar di Indonesia. Selama lima tahun terakhir, Korea Selatan aktif menanamkan modal di Indonesia. Total investasi terbaru Korea Selatan mencapai US$ 7,5 miliar dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 900 ribu orang.
Lotte Chemical Titan merupakan investor Korea Selatan bidikan Kemenper. Menurut Airlangga, pihaknya tengah menuntut investor ini untuk merealisasikan penanaman modal sebesar US$ 3-4 miliar. Modal ini rencanya akan digunakan untuk memproduksi Naptha Cracker berkapasitas dua juta ton per tahun.
Petrokimia merupakan sektor yang diprioritaskan pembangunannya di dalam Negeri karena berperan sebagai pemasok berbagai industri manufaktur seperti plastik, tekstil, cat, kosmetika hingga farmasi. Selain itu, industri baja juga menjadi sektor strategis yang dibidik Kemenper. Kemenper berupaya merealisasikan pembangunan klaster industri baja di Cilegon, Banten yang diperkirakan dapat memproduksi baja hingga 10 juta ton pada tahun 2025.
Klaster baja Cilegon menghasilkan baja gulungan untuk konstruksi, baja lembaran untuk peralatan rumah tangga, perkapalan, mobil, hingga baja lembaran kualitas premium.
Kapasitas produksi baja di Cilegon menurut Airlangga saat ini mencapai 4,5 juta ton dan akan meningkat dengan beroperasinya pabrik HSM#2 berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir tahun 2019.
“Ini berarti kami hanya perlu menambah empat juta ton untuk mencapai proyek 10 juta ton. Kami akan terus berupaya mendorong realisasi investasi ini,” terang Airlangga.
Editor: Sigit Kurniawan