Menteri Sandiaga Uno Kupas Tuntas Strategi Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Uno telah menyiapkan sejumlah startegi untuk membangkitkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Seluruh langkah yang disiapkan berlandaskan pada prinsip inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Lantas, apa saja startegi pemulihan dari Menteri Sandiaga Uno?
Percaya jika lanskap dunia bisnis tak lagi bisa kembali seperti sedia kala, Menteri Sandiaga Uno pun melakukan perubahan haluan. Kini, prioritas industri pariwisata Indonesia bukan lagi menitikberatkan pada jumlah (kuantitas), melainkan kualitas (length of stay, spending, dampak terhadap lingkungan).
Meski data Kemenparekraf menunjukkan jika kunjungan wisatwan mancanegara pada 2020 turun 75%, dan wisatawan nusantara turun 30%, namun mengembalikan jumlah kunjungan yang tinggi tidak menjadi prioritas.
Target jangka menengah dan panjang dari Kemenparekraf adalah menjadikan Indonesia sebagai destinasi pilihan di Asia Tenggara untuk wisatawan mancanegara dengan konsep quality and sustainable tourism.
“Seperti yang saya sampaikan kepada bapak Presiden dan Wakil Presiden RI, seluruh aspek pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif dari pandemi harus mengupayakan penerapan sustainable tourism agar bisa menuju sustainable recovery,” ungkap Sandiaga Uno dalam gelaran The 6th Strategic Discussion: Redefining Sustainable Tourism Roadmap yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc., secara daring di Jakarta, Selasa (09/03/2021).
Pengembangan pariwisata kini harus memperhitungkan perubahan iklim, keanekaragaman hayati (biodiversity), dan inklusif. Konsep tersebut kemudian diwujudkan melalui inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
Dari segi inovasi, Sandiaga Uno tengah mempersiapkan inovasi 360 derajat. “Inovasi ini tidak hanya mengenai infrastruktur, interkonektivitas dan jaringan, melainkan juga mengenai the taste, the sound, the feel, the smell, dan lain-lain. Semua harus mengacu pada kesiapan 360 derajat, berpegang pada big data karena semua harus data driven, ditambah dengan targeted dan segmented,” terang Sandi.
Kemudian, adaptasi baru harus dilakukan. Atraksi, aksesibilitas, dan aktivitas pariwisata juga diarahkan agar lebih customized, personalized, dan localized. Bahkan, mengarah ke jenis pariwisata dengan ukuran yang lebih kecil. Misalnya, meninggalkan kunjungan ke destinasi pariwisata dengan bus yang penuh sesak.
Kemenparekraf juga akan menerapkan standar Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE) untuk setiap destinasi dan usaha pariwisata. Untuk itu, vaksinasi bagi tenaga pariwisata dan ekonomi kreatif pun didahulukukan. Selain itu, adaptasi pemanfaatan teknologi juga akan diupayakan semaksimal mungkin.
Terakhir, upaya pemulihan ini harus didorong melalui kolaborasi. Sejumlah program berkonsep matchmaking terus diadakan guna membuka akses bagi para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak atau lembaga. Sebagai contoh, program FoodStartup Indonesia.
“Secara konkret, kami memasang target penyaluran Rp 100 miliar di tahun ini untuk akses pembiayaan. Bapak Presiden juga meminta agar ada pemanfaatan dana stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk film, musik, event yang harus kita sentuh dengan berbagai program agar dapat dirasakan langsung oleh ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif,” jelas Sandi.