Sebagai wilayah yang berada di ujung Selatan pulau Sumatera, Lampung sering menjadi wilayah yang “terlewatkan” destinasi dari Jawa ke Sumatera. Padahal, secara geografis, Lampung menyimpan potensi – khususnya wisata – yang tak kalah bagus dengan daerah lain. Tidak berlebihan bila Lampung membranding dirinya sebagai The Treasure of Sumatera. Hal ini yang ditegaskan oleh M. Ridho Ficardo, Gubernur Lampung kepada Maketeers.
“Lampung menjadi sebuah provinsi yang hanya membutuhkan waktu 25 menit dengan pesawat di mana saat ini, jumlah penerbangan Jakarta-Bandar Lampung telah mencapai lebih dari 20 flight per hari. Sedangkan melalui jalur darat, Jakarta-Bandar Lampung hanya membutuhkan waktu enam jam,” kata Ridho.
Dengan jarak tempuh yang relatif singkat tersebut, Ridho ingin memarketingkan lebih luas lagi potensi dan peluang investasi Provinsi Lampung di berbagai sektor – khususnya sektor industri dan pariwisata.
Gali Potensi Terpendam
Ridho mengatakan, Lampung menyimpan banyak potensi. Lampung dikenal secara nasional sebagai bumi agribisnis. Dari tanah Lampung, sambung Ridho, tumbuhlah pisang Carvendish, nanas madu, kopi robusta, kopi luwak, maupun lada. Lampung mampu memproduksi kopi 128 ribu ton – salah satu yang terbesar di Indonesia. Ia pun mampu menghasilkan 4,02 juta ton padi, 6,48 juta ton ubi. Asal tahu saja, Lampung juga menjadi produsen terbesar tebu nomor dua di Indonesia, selain pemasok terbesar sapi dan ayam potong.
“Boleh dibilang Lampung merupakan “dapur” ibukota Jakarta karena menjadi penyumbang 40% dukungan pangan ke Jakarta,” katanya.
Salah satu sektor yang saat ini sedang digenjot adalah pariwisata. Salah satunya adalah potensi wisata kelautan. Luas perairan Lampung mencapai 16.763 kilometer persegi dengan panjang garis pantai 1.185 kilometer dengan dua teluk besar, yakni teluk Lampung dan teluk Semaka. Lampung memiliki 132 pulau besar dan kecil yang menyimpan keindahan bahari. Lampung memiliki tiga muka pantai, yakni Pantai Barat, Pantai Timur, dan Selat Sunda.
“Potensi wisata yang terkenal secara nasional di sekitar Teluk Lampung adalah Pulau Pahawang dan Teluk Kiluan. Salah satu spot yang memiliki daya tarik wisata adalah taman laut Teluk Kiluan dan Anak Gunung Krakatau sebagai destinasi utama,” katanya.
Untuk mengembangkan ini, Lampung menggandeng Bakrieland untuk mengembangkan kawasan wisata Krakatoa Nirwana Resort seluar 877 hektare dan sedang diusulkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata.
Lampung juga memiliki Pantai Tanjung Setia yang terkenal di dunia karena ombanknya yang pas untuk olahraga surfing. Di samping itu, ada penangkaran penyu, snorkling spot, Damar Mata Kucing, serta atraksi lumba-lumba di Laut Lepas. Pantai ini, sambung Ridho, juga terintegrasi dengan Danau Ranau, Kebon Raya Liwa, Agrowisata Kopi, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
“Lalu, ada Taman Nasional Way Kambas sebagai tempat satu-satunya di dunia untuk konservasi gajah. Gajah tidak hanya dilestarikan, tapi juga dijadikan daya tarik pariwisata. Tak hanya gajah, kami juga melakukan konservasi Badak Sumatera,” kata Ridho.
Konektivitas
Ridho menyadari, potensi tersebut tidak akan bisa dikembangkan bila tidak ada infrastruktur. Sebab itu, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama Provinsi Lampung dalam rangka ntuk mendorong masuknya investasi. Saat ini telah dibangun jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar – Batas Sumsel yang merupakan bagian dari Pembangunan Jalan Tol Sumatera.
Terbukanya konektivitas melalui pembangunan Jalan Tol Sumatera sepanjang 250 kilometer membuka peluang investasi di kawasan-kawasan pusat pertumbuhan ekonomi baru baik disektor industri maupun pariwisata. Rancang bangun kawasan-kawasan dimaksud diharapkan mampu mengembangkan sektor-sektor produktif yang dapat memperkuat keberdayaan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja tidak hanya di Provinsi Lampung namun juga diwilayah Regional Sumatera.
“Konektivitas ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru. Lalu, kami melakukan industrialisasi dengan hilirisasi produk-produk yang ada dan membangun kawasan-kawasan industri,” kata gubernur kelahiran tahun 1980 ini.
Menurutnya, percepatan pembangunan dan pengembangan beberapa pelabuhan potensial di Provinsi Lampung dilakukan untuk mendukung pengembangan kawasan, seperti pelabuhan regional Mesuji dan pelabuhan internasional Panjang yang merupakan pelabuhan peti kemas dan menjadi akses utama di wilayah selatan Sumatera bagi perdagangan luar negeri.
Sementara itu, konektivitas udara diprioritaskan melalui pengembangan Bandara Raden Inten II dan peningkatan status menjadi bandara internasional dan pengembangan Aerocity. Selain itu, di wilayah pantai barat, Bandara Pekon Serai dikembangkan sebagai bandara komersial untuk mendukung pengembangan pariwisata serta pembangunan Trans Sumatera Railways yang masih dalam cetak biru.
Ekonomi Tumbuh
Ekonomi secara otomatif tumbuh dengan eksekusi pembangunan tersebut. Ridho menyebut, pertumbuhan ekonomi Lampung saat ini sebesar 5,15% — di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Dari sisi investasi, pada tahun 2015, realisasi investasi mencapai 139%, lebih tinggi dari yang ditetapkan BKPM. Pada tahun 2016, jumlah wisatawan nusantara tumbuh 35% dan wisatawan mancanegara 33% dengan pertumbuhan jumlah jotel 20%.
“Inilah Lampung sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dan terbuka bagi siapa pun dan memiliki alam yang menyegarkan dan sarat dengan ragam budaya yang hidup dan kuat. Merupakan sebuah destinasi wisata dengan kekayaan alam yang tersembunyi. Kami menyebutnya, Lampung “The Treasure Of Sumatera,” pungkas Ridho.