PT Adaro Energy Indonesia Tbk, emiten pertambangan batu baru memperkirakan permintaan batu bara masih sangat tinggi hingga akhir tahun. Hal ini seiring kondisi perekonomian global yang mulai bangkit sehingga fundamental batu bara kian moncer.
Dari sisi harga, komoditas hitam itu juga masih sangatlah kuat. Berdasarkan data ICE Newcastle, Jumat (9/9/2022) untuk kontrak Oktober, harga batu bara mencapai US$ 430,60 per ton.
Hendri Tamrin, Direktur Adaro Energy menuturkan batu bara menjadi sumber energi penting bagi pembangkit listrik. Oleh karena itu, negara-negara di dunia sangat memperhatikan keberlanjutan pasokan energi, khususnya untuk memenuhi kelistrikan bagi industri.
“Kami melihat fundamental yang positif, utamanya disebabkan karena ekonomi recovery post-covid ini. Tentunya juga sangat bergantung dengan kebijakan setiap negara dalam memenuhi kebutuhan energi,” kata dia dalam Public Expose Live 2022 secara virtual di Jakarta, Senin (12/9/2022).
Di sisi lain, dari segi biaya, dia menilai batu baru merupakan sumber bahan baku energi yang murah dan terjangkau dibanding yang lainnya. Di tengah membaiknya perekonomian, dunia turut dihadapkan tantangan inflasi sehingga meningkatkan berbagai biaya usaha.
Dia juga melihat tantangan geopolitik juga belum mereda sehingga permintaan dan penggunaan batu bara sebagai bahan baku energi berpeluang terus meningkat.
“Batu bara sebagai sumber daya energi yang paling murah, paling rendah biayanya. Kita bisa melihat bahwa batu bara ini sangat independen dan kita melihat ke depan akan menjadi sumber energi yang dapat diandalkan,” ujarnya.
Pada paruh kedua tahun ini, Hendri mengungkap permintaan batu bara dari Eropa bakal terus bertambah. Hal tersebut berangkat dari terbatasnya pasokan gas bumi dari Rusia ke Eropa.
Tak hanya itu, Eropa juga akan memasuki musim dingin sehingga kebutuhan energi, baik untuk industri hingga rumah tangga dipastikan tinggi.
“Memasuki musim dingin ini juga menjadi perhatian utama banyak pemerintah di berbagai negara dan ini tentunya akan meningkatkan permintaan batu bara, khususnya mendekati musim dingin akhir tahun,” ucapnya.
Target Produksi
Lie Luckman, Chief Financial Officer (CFO) Adaro Energy memproyeksikan target produksi batu bara perseroan mencapai 58-60 juta ton hingga akhir 2022. Namun, emiten berkode ADRO itu tetap mempertimbangkan harga batu bara global dalam mendukung target produksi.
“Untuk proyeksi ke depan memang sangat tergantung harga batu bara itu sendiri. Namun, kami manajemen selalu berusaha bisa mencapai target produksi,” tuturnya.
Untuk mengejar target tersebut, perseroan bakal fokus mempersiapkan segala hal, mulai dari infrastruktur dan alat-alat yang mendukung produksi. Dengan demikian, perseroan tetap optimistis mengenai rencana kerja dalam sisa paruh tahun 2022.
“Harga batu bara sendiri masih cukup kuat. Jadi secara garis besar kami cukup optimistis,” katanya.