Merajut Ekspor Kerajinan Nasional Tumbuh 9%

marketeers article
portrait of young stylish man pose in front of the souvenir shop in bali

Ekspor produk kerajinan Indonesia ditargetkan tumbuh positif mencapai 9% di tahun ini. Optimisme ini datang berkat catatan ekspor produk handycraft nasional yang mencapai US$1,2 miliar ke 50 negara di tahun lalu. Sederet negara menjadi target tujuan utama ekspor, meliputi Amerika Serikat, Jepang, Belanda, dan Inggris.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai, kebijakan strategis yang dapat dijalankan untuk menggenjot ekspor tersebut adalah menguatkan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

“Selain memfasilitasi pembiayaan bagi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang ingin melakukan ekspor, lembaga tersebut diyakini mampu berperan untuk pengembangan IKM. Artinya, pembiayaan dalam jangka panjang,” tutur Airlangga di Jakarta, Rabu (24/04/2019).

Industri kerajinan merupakan salah satu sektor industri kreatif yang mampu memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional. Industri kerajinan yang didominasi oleh pelaku IKM ini dinilai terus berkembang, sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan yang cukup banyak dan memberikan pemberdayaan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia.

“Berbagai produk kerajinan yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil yang umumnya adalah para pelaku usaha industri mikro, kecil dan menengah ini tidak hanya untuk memenuhi pasar lokal saja, tetapi juga telah merambah kepasar ekspor,” ujar Airlangga.

Menurut Menperin, Indonesia memiliki keunggulan dalam pengembangan industri kerajinan karena keragaman budaya yang menjadi ciri khas di masing-masing daerah. Selain itu, keterampilan dan keuletan para perajin Indonesia juga membuat produk kriya nasional semakin kreatif dan inovatif, terlabih lagi ditopang melalui pemanfaatan teknologi terkini.

“Potensi lain adalah ketersediaan bahan baku yang berlimpah telah menjadi keunikan tersendiri bagi produk kerajinan Indonesia,” ungkap Airlangga. Bahan baku tersebut, antara lain kayu, rotan, bambu, keramik, serat alam, logam, perhiasan, lembaran kain, dan batu-batuan. “Saat ini juga sudah ada bahan baku dari hasil pengembangan teknologi modern,” imbuh Airlangga.

Ia optimistis, industri kerajinan menjadi ujung tombak bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini ditopang melalui jumlah IKM kerajinan yang mencapai 700 ribu unit usaha dan menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 1,3 jutaorang.

Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, dalam upaya pengembangan desain produk IKM nasional agar lebih berdaya saing di kancah global, Kemenperin akan menggandeng sejumlah pihak untuk mendatangkan para ahli desainer, termasuk dari perusahaan internasional. “Program yang akan dijalankan, misalnya melalui bimbingan teknis. Tahun lalu, kami sudah kerja sama dengan Jerman,” ujarnya.

Sementara, mengenai upaya pengoptimalan pembiayaan ekspor bagi pelaku IKM, Ditjen IKMA Kemenperin telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan LPEI beberapa waktu lalu. Kolaborasi ini akan terus ditindaklanjuti, termasuk mengenai pengembangan IKM Go Digital. “Kami akan terus memfasilitasi pelaku IKM yang ingin ekspor, termasuk untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya melalui fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE),” tutur Gati.

Editor: Sigit Kurniawan

Related