Philips, perusahaan teknologi kesehatan asal Belanda akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 6.000 pekerjanya di seluruh dunia. Hal itu demi memulihkan profitabilitas dan meningkatkan keamanan produknya menyusul recall alat bantu pernafasan (ventilator) yang menyebabkan kerugian mencapai 70% dari nilai pasar.
Dilansir dari Reuters, Selasa (31/1/2023), separuh dari total yang akan di-PHK mulai diterapkan tahun ini. Adapun separuh lainnya akan direalisasikan pada tahun 2025.
Restrukturisasi organisasi ini membuat jumlah total PHK yang diumumkan Roy Jakobs, CEO Philips dalam beberapa bulan terakhir bertambah menjadi 10.000. Jumlah itu setara 13% dari total tenaga kerja Philips.
BACA JUGA: Kejar Ekspansi Usaha, McDonald’s Putuskan PHK Pekerja
Hal ini juga menambah deretan perusahaan berbasis teknologi yang melakukan PHK, seperti Google, Microsoft, Amazon, dan perusahaan software asal Jerman, SAP. Seluruh perusahaan itu mengumumkan PHK ribuan pekerja untuk memangkas biaya dalam rangka menghadapi kondisi ekonomi yang lebih sulit.
Jakobs mengambil alih kendali perusahaan pada Oktober lalu saat Philips mengalami tekanan dari penarikan jutaan ventilator yang digunakan untuk mengobati gangguan tidur. Busa yang digunakan dalam mesin ventilator dikhawatirkan bisa menjadi racun.
“Apa yang kami lakukan hari ini menurut saya adalah rencana yang sangat kuat untuk mengamankan masa depan Philips. Tantangan yang kami hadapi sangat serius dan kami menghadapinya secara langsung,” kata Jakobs.
BACA JUGA: CEO Amazon: Kami Akan PHK Lebih dari 18.000 Pegawai
Untuk meningkatkan profitabilitas sekaligus berinvestasi dalam keamanan produk, inovasi akan ditargetkan pada proyek-proyek yang lebih sedikit sumber daya dan memiliki dampak besar. Perusahaan yang bermarkas di Amsterdam itu tetap berhati-hati dalam proyeksi tahun 2023, meskipun hasil kuartal terakhir 2022 lebih baik dari yang diharapkan.
EBITDA Philips yang disesuaikan dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 mencapai 651 juta euro (US$ 707,18 juta), naik tipis dari realisasi tahun lalu yang sebesar 647 juta euro. Dalam jajak pendapat, sejumlah analis memprediksi hasil kuartalan itu akan turun menjadi 428 juta euro.
Sementara itu, jika dibandingkan dari sisi penjualan, kinerjanya naik tipis 3%, jauh dari perkiraan analis yang merosot 5%. Kenaikan penjualan itu menyusul berkurangnya masalah rantai pasok yang menjadi perhatian berbagai perusahaan.
Meskipun masalah bahan baku yang mengganggu bisnis selama satu tahun mereda, Philips mengakui kondisi rantai pasok tetap menantang dan hanya akan membaik secara bertahap.