Masyarakat Indonesia semakin menyadari pentingnya berinvestasi. Mereka dapat memilih berinvestasi dengan tabungan, asuransi, logam mulia, maupun reksadana. Salah satu yang menjadi pilihan masyarakat adalah reksadana. Namun, di tengah situasi ekonomi yang melambat yang disebabkan oleh beberapa faktor nyatanya tidak menyurutkan masyarakat untuk berinvestasi.
EVP- Head of Wealth Management & Business Strategy Commonwealth Bank Indonesia Rian Kaslan setuju dengan pernyataan tersebut. Menurutnya, meski pergerakan ekonomi melambat, peminat reksadana cenderung meningkat. Hal ini tak lepas dari pengaruh pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang semakin meningkat sehingga daya beli masyarakat pun perlahan-lahan meningkat.
“Kami melihat kelas menengah memiliki kebutuhan jangka panjang, baik kebutuhan membeli rumah, pendidikan anak, hingga kebutuhan pensiun. Mereka bisa menggunakan produk reksadana maupun bancaassurance. Tapi, mereka membutuhkan cara berinvestasi bukan dengan dana yang besar, melainkan dari dana yang lebih kecil,” kata Rian saat ditemui di Jakarta.
Melihat kebutuhan tersebut, Wealth Management Commonwealth Bank Indonesia membagi dua segmen. Pertama, segmen high network, yaitu nasabah yang memiliki dana yang cukup besar. Kedua, segmen emergent affluence yaitu segmen kelas menengah. Untuk segmen yang kedua ini, Commonwealth menyediakan reksadana yang disebut autoinvest sedangkan untuk asuransi adalah pembayaran premi berkala.
“Kami melihat pertumbuhan untuk segmen emergent affluence ini sangat pesat. Dalam satu tahun ini saja, sudah hampir naik lebih dari 50%,” tambahnya.
Rian mengatakan, produk reksadana masih tergolong baru di Indonesia. Lalu, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum begitu mengerti apa itu reksadana dan bagaimana menggunakan reksadana yang tepat. Namun, Rian menilai prospek reksadana ke depan akan sangat baik “Kami harapkan seiring dengan peningkatkan dalam sisi edukasi terhadap produk-produk ini, penggunaanya juga akan semakin meningkat,” ujar Rian.
Oleh sebab itu, Rian terus mendorong masyarakat untuk mengenal lebih dekat dengan reksadana. Rian pun menekankan calon investor harus mengetahui profil mereka masing-masing. Menurut Rian, produk investasi apa pun pasti diiringi dengan risiko seiring dengan imbal hasil yang lebih tinggi. “Risiko itu tidak selalu jelek. Yang penting kami bisa mengelola risiko tersebut,” tambahnya.
Hal inilah yang diterapkan Commonwealth kepada mereka yang ingin berinvestasi. Langkah pertama yang dilakukan Commonwealth adalah memastikan calon investor mengenal profil risiko masing-masing. Lalu, menanyakan tujuan investasi mereka. “Dari situ, kami bisa menentukan produk apa yang sesuai untuk calon investor tersebut. Jadi, tidak tepat bila ada yang bertanya, misalnya investasi apa yang cocok untuk perempuan muda. Ya, tidak bisa begitu juga karena masing-masing orang berbeda,” pungkasnya.