Meski Likuiditas Kuat, Emirates Hentikan Penerbangan

marketeers article
Prague, Czech Republic March 29, 2019: Emirates Airbus A380 follow aircraft marshaller car to runway for take off from Vaclav Havel Airport Prague on March 29, 2019.

Merebaknya wabah COVID-19 telah berdampak besar pada operasional bisnis beragam perusahaa. Salah satunya adalah maskapai Emirates. Dalam beberapa bulan ini Emirates telah menyesuaikan layanan operasional.

Emirates berupaya mempertahankan penerbangan penumpang selama masih memungkinan untuk membantu wisatawan kembali ke rumah di tengah meningkatnya aturan larangan perjalanan, pembatasan dan lockdown negara di seluruh dunia.

Dengan banyak berkurangnya frekuensi layanan penerbangan penumpang hingga menghentikan layanan tersebut, Emirates juga telah mengurangi layanan operasionalnya secara signifikan, seperti menutup sementara beberapa kantor di seluruh jaringan internasionalnya.

“Dunia sudah masuk ke dalam masa karantina karena wabah COVID-19. Hal ini merupakan situasi krisis yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam jangkauan dan skalanya: baik dari sisi geografis, kesehatan, sosial maupun ekonomi. Sampai dengan Januari 2020, Emirates Group dapat mencapai target finansial tahunan. Namun, COVID-19 memberikan dampak secara tiba-tiba dan signifikan selama 6 minggu belakangan ini,” terang Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum, Chairman and Chief Executive of Emirates Group.

Ia menambahkan bahwa Emirates Group memiliki neraca keuangan yang kuat dan likuiditas kas yang besar. Ia yakin Emirates akan bertahan melewati masa pengurangan jadwal penerbangan yang lebih panjang dengan tindakan yang sesuai dan tepat, agar siap dan mampu untuk kembali menjalankan layanan secara normal.

Emirates Group telah menjalankan beberapa tindakan untuk membatasi biaya, dengan melihat prediksi terhadap permintaan perjalanan.

Di satu sisi, maskapai ini juga menunda serta membatalkan pengeluaran yang tidak wajib Penghentian semua pekerjaan rekrutmen dan konsultasi yang tidak krusial, bekerja sama dengan suppliers untuk berhemat dan melakukan efisiensi biaya.

Emirates juga menganjurkan karyawan untuk mengambil cuti berbayar atau tidak dibayar karena berkurangnya frekuensi penerbangan. Pengurangan gaji pokok sementara untuk sebagian besar karyawan Emirates Group selama tiga bulan, mulai dari 25% hingga 50%. Sementara untuk karyawan level junior akan dibebaskan dari pengurangan gaji pokok ini.

“Daripada meminta karyawan untuk meninggalkan perusahaan, kami memilih untuk menjalankan pemotongan gaji pokok sementara karena kami ingin melindungi mereka dan mempertahankan karyawan yang bertalenta sebaik mungkin. Kami ingin menghindari memberhentikan karyawan. Ketika permintaan naik kembali, kami juga ingin dapat segera menjalankan layanan kembali dan melanjutkan layanan kami kepada pelanggan,” jelas Sheikh Ahmed.

Emirates Group memiliki likuiditas yang kuat dengan posisi kas yang sehat tetapi sangat dianjurkan untuk mengambil langkah pengurangan biaya untuk saat ini.

Penerbangan terakhir dari Emirates adalah rute Dubai-London dan Sao Paulo-Dubai pada 24 dan 25 Maret lalu. Kru Emirates di Indonesia memberikan salam terakhir pada penerbangan dari Jakarta (EK 359) dan dari Denpasar, Bali (EK 451 dan EK 399). Selama beberapa minggu ke depan tim operasional Emirates akan fokus pada persiapan untuk dimulainya kembali layanan penerbangan.

“Ini belum pernah terjadi sebelumnya di industri penerbangan dan perjalanan, tapi kita pasti dapat melewatinya. Bisnis kami merasakan dampaknya, namun yang paling penting adalah tindakan yang benar untuk pelanggan, karyawan, dan komunitas yang kami layani,” pungkas Sheikh Ahmed.

Related

award
SPSAwArDS