Di tengah kondisi pandemi yang belum menemukan titik terang kapan berakhirnya, industri dari berbagai sektor harus mulai menyusun strategi agar bisa survive, baik di masa pandemi atau pasca pandemi.
Logistik menjadi salah satu sektor industri yang terkena dampak besar di tengah pandemi ini. Menurut Ignasius Jonan, Mantan Menteri Perhubungan, logistik tetap mengalami penurunan, walaupun layanan belanja digital yang mengalami kenaikan masih menggunakan logistik dalam kegiatan bisnisnya.
Pendapat ini disetujui oleh Trismawan Sandjaya, Wakil Ketua Umum Bidang Supply Chain Multimoda dan E-Commerce Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia. Menurutnya, bisnis logistik tidak hanya tentang kurir antar barang, tapi ada sektor logistik lain seperti bulky yang mengalami penurunan secara drastis.
“Selama pandemi melanda dan adanya pembatasan sosial secara global, kami mencatat adanya penurunan jumlah kapal kargo yang beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok dari 150 kapal menjadi 50 kapal saja. Begitu pula dengan pesawat, dari 50 flight jadi 5 flight,” paparnya dalam acara Industry Roundtable: Surviving the Covid-19, Preparing the Post pada Jumat (17/04/2020).
Hal yang sama juga dialami oleh Pos Indonesia, diungkapkan oleh Setyo Riyanto, Mantan Direktur Ritel dan Properti Pos Indonesia, BUMN ini mengalami penurunan pendapatan hingga 56%. Beberapa gudang di daerah kabarnya juga mengalami penumpukan barang yang disebabkan oleh sedikitnya armada logistik yang beroperasi.
Di tengah kondisi yang seperti ini, apa yang dapat dilakukan oleh pelaku bisnis logistik? Jonan mengatakan bahwa basis bisnis logistik adalah transformasi yang hadir karena kebutuhan masyarakat. Salah satu yang menyebabkan menurunnya layanan logistik adalah sistem yang masih manual. Pun jika ada layanan online, pasti terintegrasi dengan e-commerce atau pelaku layanan online shopping lainnya.
“Manfaatkan momen ini untuk melakukan akselerasi transformasi digital. Pelajari harapan konsumen sehingga industri logistik bisa memenuh kebutuhan mereka. Kita tak bisa mengubah gelombang, tapi belajarlah berselancar di atas ombak,” katanya.
Hal ini disetujui oleh Kyatmaja Lookman, CEO PT Lookman Djaja Logistics yang mengatakan bahwa pasca COVID-19, digitalisasi akan semakin masif dilakukan oleh berbagai sektor industri. Hal ini didorong dengan perubahan yang berhasil dibentuk pandemi, di mana konsumen akan semakin familiar dengan penggunaan teknologi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Baik untuk urusan bisnis, maupun personal.
Sejauh ini, industri logistik masih terpaku pada digitalisasi tracking barang agar mudah dilacak oleh pengguna jasa. Masih sedikit sekali perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi untuk mengembangkan sistem perusahaan logistiknya. Padahal, kata Trismawan, logistik adalah pelari estafet di mana ada layanan adalah baton yang diberikan dari principal, tier 1, tier 2, hingga ke ritel dan manufaktur.
“Industri logistik bisa mulai mengatur supply chainnya secara digital. Misalnya, manfaatkan teknologi cloud computing untuk mengtur keluar masuk barang. Dengan memulai ini, maka semua sektor dalam industri logistik dipastikan bisa tetap bertahan, bahkan di kondisi pandemi,” tutup Trismawan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko