Proyeksi resesi yang dikabarkan terjadi pada tahun 2023, rupanya tidak menghentikan minat konsumen, terutama warga Indonesia untuk tetap bepergian. Bukan hanya itu, bisnis pariwisata juga diprediksi turut akan pulih seperti tahun 2019, alias sebelum pandemi, pada tahun 2023.
Busyra Oryza, Senior Corporate Communications Manager Pegipegi mengatakan bahwa online travel diprediksi segera pulih seperti tahun 2019 pada tahun 2023 dan 2024. Sementara di Indonesia, jumlah penumpang pesawat terbang sudah pulih sebanyak 73% dari jumlah penumpang pada tahun 2019.
“Satu dari tiga orang di Indonesia punya keinginan untuk travel ke luar negeri. Jadi ini suatu sinyal positif, dimana peluang-peluang untuk diambil pelaku di industri travel,” katanya di acara Campus Marketeers Club di Universitas Indonesia, Rabu (30/11/2022).
Tambahnya, 80,3% pengguna layanan perusahaan memutuskan untuk tetap berwisata. Sebanyak 19,2% mengatakan belum tahu, dan sisanya mengatakan tidak akan bepergian. Ini sejalan menurutnya dengan tren frugal travel, dimana banyak konsumen mulai lebih sensitif terhadap harga, dan mencari yang lebih murah.
BACA JUGA: Frugal Travel Diprediksi Jadi Pendongkrak Bisnis Pariwisata
“Walaupun terjadi indikasi-indikasi akan resesi, daya beli kurang, konsumen tetap mau travel, sehingga konsumen akan cari harga-harga yang cocok dengan budget,” katanya.
CEO Travelingeropa dan Khasanah Travel Nurul Khasanah juga menjelaskan bahwa resesi sepertinya tidak berpengaruh terhadap minat travel. Namun untuk mengatasi turunnya daya beli pada tahun depan, perusahaan menggunakan beberapa langkah preventif.
“Kita mulai mengantisipasinya dengan menjual paket-paket tahun depan mulai dari enam bulan sebelumnya. Untuk saat ini sampai bulan April pun, semua grup-grup tur ataupun Umrah sudah penuh. Artinya tidak terlalu berpengaruh dengan isu resesi yang ada sekarang ini,” kata Nurul.
BACA JUGA: Ramalan Bank Indonesia, Inflasi Akhir 2022 di Bawah 6,3%
Sebelumnya, Bank Dunia menyoroti kemungkinan adanya resesi global pada 2023 seiring kebijakan bank sentral di seluruh dunia yang secara bersamaan menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga merupakan upaya untuk menekan inflasi yang tercermin dari kenaikan harga-harga barang.
Dalam studi barunya, lembaga internasional itu melihat bank-bank sentral telah menaikkan suku bunga tahun ini secara bersamaan dan masif selama lima dekade terakhir. Tren itu sangat besar kemungkinannya berlanjut hingga tahun depan.
Namun, kebijakan bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga ataupun intervensi aturan lainnya belum cukup menahan inflasi global seperti sebelum pandemi COVID-19 menerjang. Investor memperkirakan bank sentral menaikkan suku bunga acuannya hingga hampir 4% pada 2023.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz