Meta: Video dan Pesan Bisnis Jadi Kunci Brand Sukseskan Penjualan
Konsumen digital Indonesia memanfaatkan banyak saluran yang terintegrasi seperti video dan pesan bisnis (business messaging) dalam proses pembelian mereka. Hal ini diungkapkan Pieter Lydian, Country Director Meta di Indonesia merujuk pada riset SYNC Asia Tenggara yang dilakukan Meta dan Bain & Company.
“Kami melihat video dan business messaging terus bertumbuh dan memainkan peranan penting dalam pembelian konsumen di tanah air. Orang Indonesia menghabiskan 44% lebih banyak waktu untuk mengkonsumsi video dan 55% lebih banyak waktu untuk mengirim pesan. Bisnis dan brands dapat memanfaatkan peluang ini untuk memberikan pengalaman berbelanja yang mulus dan terintegrasi yang memungkinkan mereka melangkah antara kanal online dan offline dengan lancar di era endemik dunia ini. Vital bagi bisnis untuk terhubung dan bertemu pelanggan di mana mereka berada, sehingga mendorong pengalaman pelanggan ritel yang lebih memikat,” kata Pieter dalam siaran tertulisnya, Senin (12/9/2022).
Lebih dari 30% responden Indonesia mengatakan video adalah salah satu dari tiga saluran teratas mereka untuk menemukan dan mengevaluasi produk. Ini adalah pembuktian dari adanya keinginan kuat mereka untuk bereksperimen dan ikut terlibat yang mendorong munculnya pesan bisnis (business messaging) dan konsumsi video di ruang belanja digital. Saluran teratas untuk penemuan video pendek adalah iklan media sosial, posting-an media sosial yang organik, dan iklan streaming video.
Indonesia juga terdepan di kurva regional dalam hal adopsi teknologi baru. Meskipun masih dalam tahap awal, Metaverse merupakan babak baru dari inovasi teknologi yang memberikan banyak harapan di berbagai negara, Indonesia di antaranya. Teknologi terkait Metaverse mendapatkan daya tarik yang mana sekitar 72% responden Indonesia telah menggunakan teknologi tersebut dalam satu tahun terakhir.
Variasi dalam jenis teknologi terkait Metaverse yang digunakan di negara ini termasuk cryptocurrency (46%), augmented reality (34%), dunia virtual (29%). Ini diikuti oleh NFT dan VR.
“Seiring kemajuan teknologi, munculnya teknologi terkait metaverse akan membangun jembatan ke pengalaman yang imersif di masa depan. Metaverse akan membuka peluang baru bagi orang, komunitas, dan bisnis dan kami akan terus fokus pada kesiapan infrastruktur, membangun ekosistem untuk kreator, peningkatan keterampilan, dan peningkatan alat untuk mempersiapkan kami dan talenta-talenta Indonesia menghadapi masa depan, yang tidak terlalu jauh dari sekarang,” ujar Pieter.
Studi ini juga menemukan Asia Tenggara melihat lebih banyak investasi asing langsung disalurkan ke wilayah tersebut. Investasi asing langsung menyumbang proporsi yang lebih besar dari total investasi pada tahun 2021, sebesar 17% berbanding dengan 15% di tahun 2015 dan hanya 9% di tahun 2009.
Peningkatan investasi asing yang stabil ini merupakan bukti kepercayaan investor di Asia Tenggara dan mendorong pertumbuhan teknologi baru seperti fintech. Studi ini juga menemukan Asia Tenggara menunjukkan penetrasi e-Wallet, mata uang kripto dan non-fungible tokens (NFT) yang lebih tinggi dibandingkan pasar lain seperti Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang,.
Hampir 70% masyarakat di Asia Tenggara menggunakan setidaknya satu teknologi yang berkaitan dengan Metaverse dalam periode setahun terakhir. Menurut penelitian tersebut, pengalaman teknologi terkait metaverse seperti augmented reality, virtual reality, dunia virtual, mata uang kripto, dan NFT akan berkembang dari aplikasi 2D yang banyak digunakan saat ini, menjadi pengalaman 3D virtual yang imersif dalam dua sampai tiga tahun ke depan.
Studi ini memperkirakan virtual reality untuk ranah bisnis seperti pelatihan, pengembangan, ruang kerja dan penyelenggaraan acara sosial di dunia virtual akan tersedia di wilayah tersebut dalam 10-15 tahun ke depan. Studi SYNC Asia Tenggara didasarkan pada survei yang melibatkan sekitar 16.000 konsumen digital dan mengumpulkan wawasan dari wawancara dengan lebih dari 20 Chief Experience Officer (CXO) di enam negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Konsumen digital yang disurvei adalah mereka yang telah melakukan pembelian online setidaknya dalam dua kategori produk selama tiga bulan terakhir dan berusia di atas 15 tahun.
Editor: Ranto Rajagukguk