Microsoft memandang Corporate Social Responsibilty (CSR) dan bisnis merupakan dua hal yang berbeda. Ini bisa dilihat dari perbedaan tujuan antara keduanya. CSR bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, sementara bisnis bertujuan untuk mencari keuntungan. Supaya tidak bercampur, Microsoft memiliki tim yang berbeda untuk menjalankan kegiatan bisnis dan citizenship (sebutan bagi CSR Microsoft).
“Kegiatan citizenship kami sejalan dengan fokus bisnis kami di bidang teknologi. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa pengaruh yang kami hasilkan dapat tetap maksimal,” kata Ruben Hattari, Corporate Affairs Director, Microsoft Indonesia.
Banyak yang beranggapan jika CSR di Indonesia dilakukan sporadis. Namun, Ruben tidak setuju dengan anggapan tersebut. Yang ia lihat adalah beberapa program CSR yang ada di Indonesia terkesan taktis bukan strategis sehingga terlihat sporadis oleh masyarakat luas.
“Kami di Microsoft mencoba menghindari hal ini dengan membuat program citizenship kami sebagai sebuah platform, bukan hanya one-off program. Contohnya, CityApp Appathon yang kami prakarsai. Ini merupakan sebuah platform untuk pelajar yang ingin berkontribusi untuk kota mereka,” kata Ruben.
Dalam menentukan CSR, Microsoft melihat pada kultur perusahaan yang diintegrasikan dengan keadaan terkini. Bagi Microsoft, sebuah CSR tidak bisa hanya bersifat satu arah yang mana manajemen menginginkan sesuatu, lalu “surat perintah” langsung diturunkan ke lapangan.
“Kami perlu insight dari lapangan, apa yang sedang terjadi, apa yang sedang dibutuhkan, di mana perusahaan kami dapat memberikan dampak. Setelah itu, kami merumuskan CSR yang paling sesuai,” tutup Ruben.
Editor: Eko Adiwaluyo