Milenial Tak Gampang Dibujuk dengan Jargon-Jargon Politik

marketeers article
55759767 young asian man taking photo of street and his feet with smartphone

Milenial boleh dibilang menjadi topik seksi selama tahun-tahun politik belakangan ini. Pasalnya, mereka – baik itu pemimpin maupun merek – bila berhasil merebut hati segmen milenial berpotensi besar dalam memenangi persaingan. Demikian juga, mereka yang saat ini sedang bertaruh dalam kontestasi politik, entah dalam pemilihan calon presiden dan maupun calon legislatif baik di tingkat daerah maupun pusat.

Tak perlu gegabah dalam mendekati dan merebut hati milenial ini. Orang dituntut memahami secara menyeluruh apa dan siapa milenial Indonesia ini. Menurut CEO dan Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali, isu milenial sebenarnya bukan satu-satunya isu yang menentukan wajah Indonesia ke depan.

Menurutnya, ada tiga tren utama. Pertama, semakin banyaknya orang yang berpindah dari desa ke kota. Pada tahun 2020, Hasanudin memprediksi 56,7% penduduk Indonesia tinggal di kota. “Ini bukan soal perbedaan geografis. Lebih jauh lagi, soal values, sikap, maupun pola pikir,” ujar Hasanudin.

Kedua, Indonesia saat ini didominasi oleh kelas menengah. Ketiga, tren milenial. Secara struktur demografi, penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif, antara 15-64 tahun (menurut BPS). Dari rentang usia tersebut, milenial (15-39 tahun) menguasai 34% segmen usia produktif. Pasar 34% itulah yang saat ini terlihat seksi di mata para pemasar, baik pemasar produk maupun politik.

“Milenial menjadi segmen penting karena selain jumlahnya besar, juga secara perilaku berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya,” ujar Hasanuddin. Perilaku yang dimaksud, antara lain digital savy alias generasi pertama yang menyandang status digital native atau warga dunia internet.

Milenial dalam konteks politik terkini sangat penting. Mereka menjadi segmen pemilih muda yang mencapai 52% dari total pemilih pada pemilu tahun 2019 mendatang. Tak heran, para kandidat politik, saat ini jamak melakukan pendekatan milenial kepada mereka. Meski demikian, milenial merupakan segmen yang terbilang kompleks.

“Mereka adalah generasi independen yang tak gampang dipengaruhi dengan janji-janji maupun jargon-jargon politik. Mereka juga cenderung tidak loyal dengan pilihan politiknya alias gampang sekali pindah pilihan. Dan, mereka cenderung memutuskan pilihan politiknya di detik-detik terakhir,” imbuh Hasanuddin.

Lalu, apa saja prinsip-prinsip utama dalam mendekati segmen milenial ini dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh kandidat dalam pendekatan tersebut? Simak laporan lengkapnya di Majalah Marketeers edisi Oktober 2018.

Related

award
SPSAwArDS