Meski menjadi salah satu kebutuhan pokok, properti nampaknya berangsur-angsur menjadi produk yang bukan prioritas utama kalangan millennials. Selain memang harganya yang kian mahal, gaya hidup milllennials yang mobile menjadikan alasan mereka menunda membeli properti atau bahkan tidak akan membeli sama sekali.
“Kehadiran millennials justru mendisrupsi pasar properti. Sebab, di waktu yang akan datang, mereka tidak membutuhkan rumah. Yang mereka butuhkan hanya Wi-Fi dan internet,” ujar Ishak Chandra, CEO of Strategic Develop Business Sinarmas Land.
Ishak mengatakan, millennials saat ini cenderung menginginkan dunia kerja yang mobile, yang membuat mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga, hal ini melahirkan kebutuhan baru anak muda dalam memiliki hunian.
“Mereka lebih senang menyewa kamar atau apartemen ketimbang membelinya. Jangankan properti, mereka tidak punya mobil saja, mereka gunakan Grab,” tegas dia.
Jikalau ada anak muda saat ini yang membeli rumah, mayoritas dari mereka dibelikan oleh orang tuanya. Itu terjadi bagi mereka yang berada di kalangan menengah dan menengah atas. Sementara, kalangan menengah bawah, mereka masih dituntut untuk memiliki properti, namun kondisi pasar membuat mereka sulit.
“Kalau pun ada dari millennials yang menginginkan rumah, mereka mesti diberikan insentif. Sebab, harga diskon saja mereka masih tidak sanggup,” terang dia.
Ishak melanjutkan, “Saat ini mereka butuh cicilan yang lebih panjang dan kemudahan membayar down payment yang lebih rendah,” tegas dia.
Editor: Sigit Kurniawan