Masyarakat cenderung menilai sosok pemimpin harus kuat dan gagah, khususnya di industri manufaktur konstruksi. Namun, berbeda dengan PT Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim) yang berhasil mendobrak stigma tersebut. PT Pupuk Kaltim mengangkat perempuan sebagai pemimpin untuk anak perusahaannya, PT Kaltim Industrial Estate (KIE). Minarni Dwiningsih diangkat sebagai Direktur Utama perusahaan pengelola kawasan industri ini.
Minarni Dwiningsih atau akrab disapa Wiwin merupakan pemimpin perempuan pertama yang memangku posisi Direktur Utama di anak perusahaan PT Pupuk Kaltim sejak pertengahan 2021. Keputusan ini dilandasi oleh karier yang terus meningkat selama 27 tahun terakhir.
Hingga saat ini, Wiwin telah memimpin 185 karyawan dalam menjalankan 5 bisnis utama perusahaan. Di antaranya bisnis kawasan industri, rekayasa dan konstruksi, properti, beton dan trading.
“Saat ini, KIE mengelola kawasan industri yang mencapai luas lahan sekitar 214 hektar dengan 11 perusahaan atau pabrik didalamnya. Selain di Kalimantan Timur, KIE juga tengah mengkaji pembangunan kawasan industri di Papua Barat untuk membangun pabrik amoniak, urea dan methanol,” kata Wiwin.
Strategi Kepemimpinan Wiwin
Menurut Wiwin, untuk dapat mencetak melahirkan kinerja yang maksimal di tengah tantangan ada 5 poin strategi yang diterapkan sebagai pemimpin perempuan. Pertama, membuat dan merencanakan target dengan baik. Kedua, mendelegasikan pekerjaan kepada orang yang tepat. Ketiga, melakukan monitoring secara intensif untuk melihat perkembangan proyek. Keempat, rutin berdiskusi bersama pihak terkait agar lebih memahami kondisi proyek. Terakhir, memberikan pelatihan kepada tim untuk belajar dan tumbuh bersama.
Gaya kepemimpinan yang penuh semangat dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap karyawan tanpa mengenal jabatan merupakan ciri khas Wiwin dalam memimpin. Tak hanya itu, sikap gesit dan energik juga ia tularkan kepada tim, sehingga dikenal selalu siap siaga menggarap dan menyelesaikan proyek pemeliharaan dengan cepat.
“Semasa karier saya di KIE dan Pupuk Kaltim, ekosistem bekerja yang tercipta itu adalah selalu mendukung siapa pun untuk berkembang. Kemudian, mendapat kesempatan yang sama untuk maju tanpa membedakan gender sepanjang memenuhi standar kompetensi. KIE akan bergerak lebih efisien lewat pengembangan yang berkelanjutan,” tegas Wiwin.
Editor: Eko Adiwaluyo