MIND ID sebagai Holding BUMN Industri Pertambangan turut memberikan andil dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Melalui berbagai program yang diselenggarakan di daerah-daerah, perusahaan negara ini mengklaim berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melihat tugasnya, BUMN memiliki amanat untuk menjalankan bisnis sekaligus berkontribusi terhadap perekonomian nasional dengan mengembangkan UKM. Para perusahaan plat merah ini harus punya program yang kontinu dan berkelanjutan sehingga memberikan nilai tambah bagi kehidupan.
Selain itu, kolaborasi bersama UKM dilakukan dengan memerhatikan aspek kelestarian alam. Dany Amrul Ichdan, Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID menuturkan, ada beberapa proyek pemberdayaan UKM daerah yang telah dijalankan sejak tahun 2019.
Lalu, pada periode tahun 2020 hingga 2021 terdapat lebih dari 6.500 mitra binaan dan 501 di antaranya telah berhasil menjadi UKM naik kelas. Adapun target UKM Naik Kelas tahun 2022 Grup MIND ID adalah 285 unit usaha.
BACA JUGA: Siasati Resesi, BUMN ini Gunakan Strategi Kolaborasi
Tercatat, beberapa program yang sukses dilaksanakan yaitu, Program Kelapa Terpadu di Halmahera Timur dan Sentra Industri Terpadu di Muara Enim, Sumatra Selatan. Kedua program tersebut sukses memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
“Beberapa hal yang melatarbelakangi inisiasi program ini adalah potensi daerah yang belum termanfaatkan secara optimal dan hasil pertanian yang kerap tak stabil. Sehingga menyebabkan para pelaku UKM maupun petani di wilayah-wilayah tersebut pendapatannya sangat rendah. Kami ingin memberikan kontribusi secara ekonomi kepada mereka,” ujar Dany dikutip dari Majalah Marketeers edisi Agustus 2022.
Dany mengatakan, di Halmahera Timur, MIND ID berkolaborasi dengan PT Aneka Tambang Tbk memberikan ketrampilan mengubah limbah serabut kelapa pada masyarakat setempat. Serabut kelapa diolah menjadi beberapa produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi, seperti coconet, cocopeat, dan cococraft.
Sedangkan di Muara Enim, program yang dilakukan adalah mengembangkan beberapa produk, seperti Kopi Semende, Rosella, dan Batik Kujur. Adapun para peserta yang terlibat adalah masyarakat lokal, khususnya tidak dapat melamar pekerjaan di tempat formal. Kriteria mengikuti kegiatan tersebut, yakni keuletan, kemauan kerja sama, gotong royong, dan memiliki motivasi untuk maju.
BACA JUGA: Antisipasi Krisis pada 2023, BUMN Siap Jadi Off Taker Bahan Pangan
Saat ini, hasil produksi kerajinan serabut kelapa bisa mencapai 200 hingga 250 rol setiap bulan yang telah dijual hingga ke luar daerah. Setelah mengikuti program tersebut, kata Dany, masyarakat yang terlibat dalam proses produksi mengalami perubahan hidup, terutama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Bahkan, bisa menopang biaya pendidikan anak-anak mereka. Tidak hanya itu, muncul juga usaha-usaha kecil di lingkungan masyarakat sebagai pengepul sabut kelapa yang berasal dari para petani.
“Manfaat yang diterima oleh peserta adalah mengubah paradigma bahwa sabut kelapa bukan limbah yang hanya digunakan sebagai bahan bakar kopra. Namun, dapat diolah dan memiliki nilai tambah. Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari masyarakat yang mengikuti program ini rata-rata antara Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta per bulan,” ujarnya.
Sentra Industri Terpadu
Di dalam programnya, MIND ID membentuk ekosistem bisnis yang mengotimalkan potensi alam setempat. Perusahaan negara ini mengembangkan ekosistem usaha mulai dari produksi, branding, hingga pemasaran.
Dany menyebut, di Muara Enim MIND ID berkolaborasi dengan PT Bukit Asam (PTBA) mengembangkan UKM melalui Sentra Industri Bukit Asam (SIBA). Melalui kolaborasi tersebut, menghasilkan tiga produk yang punya nilai tambah, di antaranya, Kopi Semende, produk rosella, dan Batik Kujur yang banyak diproduksi ibu-ibu setempat.
“Program-program untuk UKM tersebut memberikan hasil yang sangat baik karena menciptakan lapangan kerja, tambahan penghasilan keluarga, dan juga mendorong adanya ide-ide kreatif,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz