Mirae Asset: Industri Reksa Dana Akan Tumbuh Pesat Hingga Rp 1.000 T
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimis industri reksa dana di pasar modal akan tumbuh pesat. Dengan demikian, dana kelolaannya dapat tumbuh menjadi Rp 1.000 triliun dalam tiga tahun ke depan, bahkan lebih cepat lagi.
Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset mengungkapkan ada dua faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri reksa dana. Pertama, inovasi teknologi informasi dari pelaku pasar modal, seiring dengan bertumbuhnya industri fintech. Kedua, kondisi masyarakat yang makin melek akan teknologi pasca pandemi.
“Dengan inovasi teknologi informasi, kami optimis industri reksa dana dapat mencapai Rp 1.000 triliun pada tahun 2027. Angka ini akan mudah tercapai, bahkan bisa lebih cepat lagi,” ujar Arief.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan industri reksa dana mencapai Rp 504 triliun tahun lalu. Pencapaian ini berasal dari 2.120 produk reksa dana yang dikelola 96 manajer investasi sejak reksa dana pertama di Indonesia terbit, yaitu pada tahun 1995.
Lalu, OJK pun menargetkan dana kelolaan ini tumbuh menjadi Rp 1.000 triliun pada 2027 mendatang.
BACA JUGA: Biaya Pendidikan Terus Naik, Investasi Reksa Dana Bisa Jadi Solusi
Arief pun menambahkan Mirae Asset optimistis asset under administration (AUA) reksa dana perusahaan tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan industri yang mencatatkan kenaikan majemuk tahunan atau CAGR 10% dalam sepuluh tahun terakhir. Tahun lalu, AUA perusahaan tumbuh 100%, dari Rp 500 miliar menjadi Rp 1 triliun.
“Tahun ini, kami optimis pertumbuhan AUA dapat dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan industri. Mengingat, dana kelolaan industri reksa dana justru turun tahun lalu. Kami yakin, pertumbuhan ini dapat tercapai karena dukungan segmen ritel dan inovasi digital perusahaan,” ucap Arief.
BACA JUGA: Reksa Dana, Investasi Menarik bagi Pemula
Ia kemudian menyarankan investor untuk menggunakan strategi alokasi aset (asset allocation), seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik itu nasabah ritel, maupun korporasi. Arief menjelaskan salah satu tujuan menggunakan strategi ini adalah membagi investasi ke dalam beberapa instrumen yang berbeda, sehingga mendapatkan manfaat diversifikasi risiko yang lebih baik.
“Saat ini, kami sangat menyarankan investor korporasi dan institusi agar melakukan asset allocation sebagian besar portofolionya ke dalam reksa dana pasar uang karena ada insentif pajak, tidak ada fee beli-jual, portofolio yang terdiversifikasi, likuid karena penarikan dana bisa setiap waktu, dan nilai minimal investasi yang rendah,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk