Prospek penerbitan saham ataupun obligasi baru oleh korporasi dalam negeri hingga akhir tahun akan tinggi. Pasalnya, saat ini sudah mendekati persiapan politik menjelang pemilu 2024. Hal ini dinilai langsung oleh PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, perusahaan efek anak usaha Mirae Asset Securities Co. Ltd.
Mukti Wibowo Kamihadi, Deputy Director Investment Banking Mirae Asset Sekuritas memberikan penjelasannya mengenai minat yang tinggi tersebut. Menurutnya, hal tersebut tercermin dari potensi penjaminan emisi hingga akhir tahun yang masih terbuka lebar.
“Sampai akhir tahun, kami memperkirakan Mirae Asset Sekuritas masih dapat menangani penjaminan emisi 11-12 perusahaan, dengan beberapa perusahaan lain yang sudah berjalan prosesnya. Tahun ini, kami memprediksi jumlah penjaminan emisi masih bisa lebih tinggi dari 2021,” kata Bowo.
Bowo mengatakan sejak awal tahun Mirae Asset Sekuritas sudah bertindak sebagai penjamin emisi dalam menerbitkan saham empat perusahaan serta efek utang dua perusahaan. Pada kuartal I 2022, ada dua perusahaan yang menggunakan jasa Mirae Asset Sekuritas dalam menggalang dana dari penerbitan saham.
Sementara itu, pada paruh pertama 2022, terdapat dua saham yang memanfaatkan jasa penjaminan emisi efek utang Mirae Asset Sekuritas. Penerbitan efek utang kedua perusahaan tersebut bernilai lebih dari Rp 3,5 triliun.
Dua perusahaan lain yang IPO-nya menggunakan jasa Mirae Asset Sekuritas baru saja mencatatkan sahamnya di papan bursa. Total emisi keempat perusahaan yang menggelar IPO saham tahun ini tersebut berjumlah lebih dari Rp 545 miliar.
Di kurun waktu 2017-2022, perusahaan telah membantu IPO saham senilai Rp 3,93 triliun dan penjaminan obligasi senilai Rp 16,19 triliun. Selain itu, beberapa aksi korporasi yang ditangani perusahaan adalah penawaran umum terbatas (rights issue) senilai Rp 9,11 triliun dan negotiable certificate of deposit (NCD) senilai Rp 8,01 triliun pada periode yang sama.
Terkait pasar saham, Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas memprediksi pasar saham serta animo perusahaan menggelar IPO akan tinggi, menjelang tahun pemilu. Kendati demikian, inflasi dan tren kenaikan suku bunga masih akan menjadi sentimen penahan potensi kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek.
“Kami memprediksi inflasi dunia yang tinggi dalam jangka waktu yang pendek masih akan menekan pasar saham global dan domestik. Sementara untuk jangka waktu menengah hingga akhir tahun, tren pasar saham masih baik. Hal tersebut didukung dengan faktor fundamental dan makro ekonomi Indonesia yang solid,” kata Nafan.
Sementara itu, Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas memprediksi IHSG masih tertekan dengan kisaran 6.765 di tengah tekanan makro ekonomi jangka pendek tersebut. Menurutnya, jika sentimen pasar tidak mendukung, IHSG berpotensi melanjutkan koreksi ke arah 6.539.
“Bulan ini, sektor pilihan kami adalah sektor keuangan, energi, dan industri. Kami memilih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR),” tutur Martha.
Editor: Ranto Rajagukguk