Miris, Kasus TBC di Indonesia Masih Menempati Posisi Kedua di Dunia

profile photo reporter Ratu Monita
RatuMonita
09 November 2023
marketeers article
Ilustrasi kasus TBC. (Sumber: 123rf)

World Health Organization (WHO) baru saja merilis data terbaru berupa Global TB (Tuberculosis) Report 2023. Data tersebut menunjukkan kasus TBC di Indonesia kembali menempati posisi kedua di dunia.

“Sejak tahun lalu sampai sekarang, Indonesia masih juga menduduki peringkat kedua terbesar jumlah kasus TBC di dunia. Kita masih harus kerja amat keras dalam pengendalian tuberkulosis,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Profesor Tjandra Yoga Aditama, dilansir dari Antara.

Mirisnya, Indonesia menempati posisi serupa dari tahun ke tahun. Tahun 2022, Indonesia juga menjadi penyumbang kasus TBC terbanyak kedua di dunia.

Data terbaru itu juga menunjukkan urutan persentase jumlah kasus di dunia. Mayoritas posisi teratas menjadi penyumbang kasus TBC terbanyak berada di kawasan Asia dan Afrika. Berikut ini urutannya.

BACA JUGA Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Jakarta, Kenali Tandanya

  1. India (27%)
  2. Indonesia (10%)
  3. China (7,1%)
  4. Filipina (7%)
  5. Pakistan (5,7%)
  6. Nigeria (4,5%)
  7. Bangladesh (3,6%)
  8. Republik Demokratik Kongo (3%)

Laporan ini juga menyebutkan 83 negara di dunia mengalami penurunan kasus TBC dengan rata-rata sekitar 20%. Namun sayangnya, Indonesia dikelompokkan dalam negara dengan angka kasus TBC yang cenderung mengalami peningkatan.

Kendati demikian, angka kematian akibat TBC di dunia cenderung mengalami penurunan. Akan tetapi, penurunannya masih belum sesuai target.

“Targetnya adalah turun 75% antara data kematian 2015 dengan data 2022. Tapi kenyataannya, penurunan antara 2015-2019 adalah 19% dan antara 2010-2019 adalah 33%,” ujar Tjandra.

BACA JUGA Virus Nipah Berpotensi Masuk Indonesia, Kenali Gejalanya

Tingginya kasus TBC di Indonesia menunjukkan pentingnya pemahaman mengenai gejala, penularan, hingga pengobatan yang tepat.

Penularan dan Gejala Tuberkulosis (TBC)

Penularan kasus TBC dapat terjadi ketika seseorang tak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin atau batuk. Oleh sebab itu, risiko penularan akan lebih tinggi pada orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC.

Adapun gejala TBC berupa batuk lebih dari tiga pekan yang dapat disertai dahak atau darah. Selain itu, terdapat gejala lainnya seperti demam, nyeri dada, dan berkeringat pada malam hari.

Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis (TBC)

Pengobatan kasus TBC berlangsung selama 6-8 bulan yang terbagi dalam dua tahap. Tahap awal (intensif), obat diminum setiap hari selama 2 atau 3 bulan. 

Kemudian pada tahap akhir, obat diminum tiga kali seminggu selama 4 atau 5 bulan. Sementara itu, pencegahannya dapat dilakukan dengan vaksin BCG. 

Pemberian vaksin ini disarankan sebelum bayi berusia 2 bulan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit dan memakai masker saat berada di tempat ramai.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS