MMA: Indonesia Akan Jadi Adidaya Ponsel Pintar pada Tahun 2025

marketeers article

Mobile Marketing Association meluncurkan laporan Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019. Laporan ini membahas penggunaan layanan ponsel di Indonesia. Peluncurannya merupakan lanjutan kesuksesan dari laporan dengan judul sama yang telah diluncurkan lebih dulu di Vietnam dan India.

Dari laporan ini, penggunaan layanan berbasis seluler dalam skala global tercatat berkembang signifikan. Berdasarkan GSMA Intelligence, pada akhir 2019, lebih dari 5,1 miliar  orang di dunia, hampir 67% populasi global, terkoneksi dengan telepon genggam. Diprediksi pada 2025, 71% dari keseluruhan populasi akan terkoneksi dengan layanan seluler.

Lebih lanjut, Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019 membeberkan sejumlah temuan. Di antara mengenai dominasi ponsel pintar, pergeseran pemilihan layar, kebangkitan micro&nano influencer, preferensi konsumen, dan meningkatnya iklan programmatic.

“Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan industri berbasis seluler tercepat. Negara ini juga menawarkan peluang besar bagi pemasar dalam memanfaatkan berbagai saluran dinamis, sehingga pesan iklan dapat sampai kepada masyarakat. Diharapkan, adanya laporan ini dapat membantu pelaku industri unutk membuka potensi seluler secara maksimal pada tahun depan,” tutup Shanti Tolani, Country Manager MMA.

Dicatat oleh Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019, Indonesia akan menjadi negara adidaya ponsel pintar pada 2025 dengan 410 juta pengguna. Angka ini mengikuti oleh Tiongkok, 1.469 juta dan India dengan 983 juta pengguna dan akan membentuk tiga besar pasar ponsel pintar global.

Sementara itu, akan ada pergeseran pemilihan layar bagi masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat mulai beralih dari laptop ke ponsel sejak 2014 lalu. Hal ini dilihat dari waktu spending yang lebih banyak pada ponsel dibandingkan dengan gawai lain.

Pergantian layar ini didukung oleh naiknya tren media sosial di masyarakat. 92% pengguna internet di Indonesia rata-rata menghabiskan 3 jam 26 menit untuk mengakses media sosial. Akhirnya, tidak hanya industri ponsel yang mengalami peningkatan, kebiasaan ini juga berhasil membangkitkan micro & nano influencer. Bagi pelaku bisnis, pertimbangan berbelanja yang dipengaruhi dengan pengguna media sosial mendorong para pengiklan untuk kembali menggunakan influencer kecil sebagai solusi.

Temuan lainnya yang diperkirakan akan mempengaruhi cara pemasaran pada 2020 adanya perubahan preferensi konsumen yang condong memilih pengalaman dibandingkan produk. Hal ini dibuktikan dengan angka peningkatan industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan cepat di Indonesia. Dicatat oleh laporan ini, orang Indonesia menghabisnya 14% pengeluaran untuk menikmati leisure.

Terakhir, laporan ini juga menyampaikan bahwa iklan terprogram menjadi cara pemasaran paling efektif. Iklan programmatic dianggap memiliki pengaruh besar dengan target audiens yang lebih sesuai. Tahun ini, pengeluaran untuk periklanan digital tumbuh hinga 19%. Pertumbuhan ini dipimpin oleh video (lebih dari 33%) dan sosial (lebih dari 27%).

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS