Kantor Berita Antara tak pernah menjadi sebuah entitas bisnis dengan profitabilitas yang berkesinambungan. Hal ini diakui Direktur Utama Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat yang tengah berupaya keluar dari persoalan klasik ini. Pasalnya, subsidi bagi Antara pun terus menurun. Dengan berbagai pertimbangan, Antara memilih mencari model bisnis baru. Seperti apa?
Kutipan menarik datang dari Meidyatama ketika ia mengungkapkan kecenderungan media saat ini adalah menghabiskan uang, ketimbang menghasilkan uang.
“Masyarakat saat ini sudah tidak mau lagi mengeluarkan dana untuk memperoleh informasi. Hasilnya, media lebih banyak menghabiskan uang ketimbang menghasilkan uang. Meski demikian saya percaya media akan tetap dibaca. Namun, diperlukan sebuah model bisnis baru,” jelas Meidyatama di gelaran BUMN Marketeers Club (BMC) di Jakarta, Jumat (23/02/2018).
Berbicara soal model bisnis media, mantan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post ini mengatakan, media sekelas Kompas dan The Jakarta Post sendiri pun masih mencari-cari model bisnis mereka. Tidak mudah memang, namun Meidyatama mengatakan kunci untuk bertahan adalah mengambil diversifikasi. Antara kemudian mem-branding diri sebagai end-to-end media and communications solution yang mengintegrasikan berbagai media komunikasi.
Antara mulai mentransformasi model bisnis baru mereka dengan tidak hanya menyajikan berita, melainkan memberi layanan media monitoring, big data, pelatihan jurnalistik, i-Media, videotron, dan pengelolaan layanan majalah internal perusahaan.
“Backbone kami adalah berita, nama baik kantor berita Antara, dan kualitas dari berita yang kami sajikan. Tetapi dari sisi bisnis, kami kembangkan ke berbagai aspek lain,” tutur Meidyatama.
Editor: Eko Adiwaluyo