Mondelez merilis hasil survei tahunan mereka bertajuk The State of Snacking. Dalam laporan tersebut, ada sejumlah temuan penting terkait camilan mulai dari tren hingga perannya bagi kesehatan mental.
The State of Snacking saat ini telah memasuki tahun ketiganya. Dan, kali ini, survei mengungkap bahwa sebesar 93% responden mencari camilan untuk meningkatkan kesehatan mental.
Selain itu, sebanyak 72% responden mengatakan bahwa motivasi utama mereka dalam memilih camilan adalah sebagai hadiah untuk diri sendiri atau biasa disebut dengan self reward. Bahkan, kegiatan makan camilan atau ngemil dianggap sebagai waktu untuk melepaskan beban mental.
Sebanyak 61% responden setuju, camilan memang seharusnya ditujukan untuk kebahagia atau kepuasan diri.
Berdasarkan temuan tersebut, Mondelez kemudian memahami bahwa camilan memiliki peran penting untuk kesehatan mental. Sebab itu, Mondelez Indonesia mengajak masyarakat untuk menerapkan #JamNgemil yaitu meluangkan waktu sejenak di antara kesibukan untuk menikmati camilan.
Inisiatif #JamNgemil merupakan bentuk lanjutan dari inisiatif #NgemilBijak yang telah diluncurkan Mondelez Indonesia pada tahun sebelumnya. Harapannya, ajakan ini mampu mendorong masyarakat agar bisa meraih manfaat baik camilan bagi tubuh dan pikiran.
“Momen #JamNgemil sebaiknya diterapkan secara #NgemilBijak (mindful snacking). Jadi, Anda harus sepenuhnya fokus pada momen ngemil tersebut. Sehingga dapat menyadari kebutuhan tubuh dan mendapatkan manfaat baik dari camilan untuk membahagiakan diri,” jelas Khrisma Fitriasari, Head of Corporate and Government Affairs Mondelez Indonesia.
Menanggapi temuan Mondelez, Psikolog Saskhya Aulia Prima menuturkan bahwa kebutuhan ngemil memang banyak muncul untuk meredam stres. Dengan menikmati camilan, banyak masyarakat mengharapkan kenyamanan di jeda istirahat atau menyelesaikan pekerjaan.
“Utamanya, bagi milenial dan Gen Z. Cara ini sangat mungkin karena secara biologis perilaku makan atau ngemil ini dapat menyalakan sistem reward di otak yang menghasilkan hormon bahagia atau dopamine,” jelas Saskhya.