Motor listrik Gesits (Garasindo Electronica dan ITS) yang mendapat dana pengembangan dari Kementerian Riset Dikti telah berhasil menjalani uji jalan Jakarta-Bali sejauh 1.400 km pada Sabtu (12/11/2016). Uji jalan yang dilakukan sejak 7 November lalu ini berjalan lancar tanpa kendala.
Uji jalan bertajuk Tour de Jawa-Bali ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan kelayakan sepeda motor listrik tersebut agar dapat diproduksi secara massal di kemudian hari. Segala aspek kelayakan, seperti kapabilitas, performa dan efisiensi yang ditempuh dalam berbagai macam kondisi jalan dan cuaca, akan menjadi acuan dalam penyempurnaan produk tersebut.
Tour de Jawa Bali dilakukan oleh para rider Gesits dari ITS, yaitu Yoga Uta Nugraha, Grangsang, Filipi, Handi, Ahmad Nasrudin, Ibnu Solikin, dan Bianto bersama tim Garansindo.
“Kami mendukung kemitraan dengan ITS yang dilakukan sejak tahun 2015. Segala feedback dari uji jalan ini akan disempurnakan, sehingga hilirasasi dapat berjalan,” ujar Chief Sales Director Garansindo Group, Harun Sjech saat konferensi pers Gesits di Gedung DPRD Denpasar Bali, Sabtu, (12/11/2016).
Proyek Gesits ini menjadi inovasi motor listrik pertama yang dikembangkan oleh anak Indonesia. Keberhasilan motor listrik ini dinilai mampu menggairahkan hilirisasi hasil inovasi anak bangsa sebagai produk komersil.
“Sudah saatnya inovasi tidak berhenti dalam betuk prototipe dan paper. Kementerian RisetDikti akan mendorong inovasi sebagai produk komersil yang bisa dinikmati masyarakat,” tutur Mohamad Nasir, Menteri Riset & Dikti di lokasi yang sama.
Nasir melanjutkan, pihaknya mendorong Garansindo untuk mempercepat produksi Gesits dari semula pada tahun 2018, menjadi pada tahun 2017. Selain itu, ia juga akan berkoordinasi dengan berbagai kementerian untuk mengeluarkan regulasi yang mengatur izin produksi dan penjualan motor listrik di Indonesia.
Setidaknya, ada empat kementerian yang akan terlibat, yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan institusi kepolisian Korlantas.
“Saat ini, sudah ada pemensanan yang masuk. Ada sekitar 5.000 unit dari Telkom. Kira-kira tahun depan akan diproduksi 10.000 unit,” terang Nasir.
Ia mewanti-wanti jangan sampai regulasi malah menghambat terrealisasinya hilirasasi inovasi tersebut. Sebaliknya, regulasi harus mendukung inovasi agar inovasi itu berbuah produk industri, bukan produk riset.
“Riset juga harus berbasis output. Jangan sampai peneliti malah lebih banyak bertanggung jawab soal keuangan. Peneliti tugasnya menghasilkan output, bukan mengurusi finansial penelitiannya,” tegas Nasir.
Dukungan Pemerintah Daerah
Bak gayung bersambut, dukungan pun mengalir dari Pemerintah Provinsi, salah satunya adalah Pemprov Bali. Gubernur Bali I Made Mangku Pastika mengatakan, motor Gesits yang mengusung konsep ramah lingkungan sesuai dengan visi Bali menuju Provinsi Hijau.
“Kami tengah membuat ekosistem green economy dan green culture di Bali Inovasi ini mendukung green economy, sehingga tentunya akan memberikan manfaat bagi branding Bali sebagai destinasi wisata berbasis eco-tourism,” tutur Made.
Ia bilang, jika inovasi ini betul-betul menjadi produk komersil, pihaknya mengaku tak ragu untuk menjadikan kendaran roda dua itu sebagai transportasi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Bali.
Ia menghitung, ada sekira 11.000 PNS di Bali. Jika ditambah dengan Kabuaten dan Kota jumlahnya 40.000 PNS. “Jika setengahnya saja menggunakan motor listrik ini, sudah ada pemesanan 20.000 unit motor Gesits. Pasar yang besar,” ucap Made.
Ia melanjutkan, pasar otomotif roda dua di Bali amatlah potensial. Dengan penduduk sebesar 4,2 juta jiwa saja, jumlah transportasi roda dua di Bali telah menembus tiga juta unit. Dalam satu kepala keluarga di Bali, kata Made, minimal memiliki dua hingga empat sepeda motor. “Mimpi saya yaitu semua motor di Bali adalah motor listrik,” harapnya.
Sebagai motor listrik, Gesits membutuhkan baterai sebagai dayanya. Berdasarkan uji jalan itu, kapasitas penuh baterai mampu menempuh jarak berkendara sejauh 70 km. Made menilai, konsumsi rupiah dari pemakaian Gesits bakal jauh lebih hemat ketimbang motor berbahan bakar bensin.
“Perbandingannya begini. Satu liter bensin harganya Rp 6.500. Sedangkan motor listrik, untuk mencapai jarak 70 km, biaya listriknya hanya Rp 900. Tentu jauh lebih hemat,” cetusnya.
Selain hemat energi, motor Gesits juga mendukung suku cadang dalam negeri, mengingat semua komponen di dalamnya merupakan produk Indonesia. Hanya saja, baterai yang digunakan masih impor dari Jepang, yaitu dari Panasonic.
“Ke depan, kami juga akan mengembangkan produksi baterai dalam negeri. Sehingga 100% merupakan produk dalam negeri,” ujar Nasir.
Model Bisnis
Baterai menjadi komponen vital dari motor Gesit. Kurang lebih, prinsipnya sama seperti pembelian tabung gas atau galon AMDK dimana pengguna akan menukar baterai lama dengan baterai baru atau dikenal dengan istilah swap battery.
Karena itu, baterai akan dijual secara terpisah di gerai-gerai minimarket ataupun toko-toko khusus. Untuk tahu dimana lokasi penjualan baterai, pengguna dapat melihatnya pada smartphone Android dengan terlebih dahulu mengakses aplikasi Gesits.
“Jadi, pengguna bisa tahu dimana lokasi penjualan baterai, dan baterai-baterai mana saja yang sudah terisi penuh,” kata Alif Wikarta, Anggota Tim Peneliti Gesits ITS.
Namun sayang, pihak Gesits masih belum bisa merinci biaya baterai yang akan dibebankan ke konsumen dengan metode swap battery itu.
Selain lewat model swap battery, Gesits akan bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan depot-depot pengisian listrik atau charging station. PLN akan memanfaatkan titik-titik SPLU (Stasiun Penyedia Listrik Umum) yang selama ini digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan listrik para pedagang kaki lima.
“Di Jakarta, ada sekitar 100 SPLU. Bagi kami, mudah untuk membuat chargng station, karena yang terpenting listriknya sudah ada. Kami lihat saja, dimana keutuhan terbanyak motor listrik ini,” tutur Amin Subekti, Direktur Bisnis Regional Jawa Timur & Bali PT PLN (Persero).