Bulan puasa identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Hari raya ini tidak bisa lepas dari kebiasaan masyarakat Indonesia untuk pulang kampung untuk bertemu sanak saudara. Tidak hanya itu, Idul Fitri juga dimanfaatkan oleh masyarakat non muslim untuk pulang kampung dan pergi liburan.
Dengan derasnya arus penumpang, tentunya dibutuhkan persiapan khusus untuk mengantisipasi hal ini. Kepolisian Republik Indonesia misalnya, sudah melakukan beragam skenario antisipasi untuk mengamankan dan melancarkan proses mudik tahun ini.
AKBP Hendra Gunawan, SIK Kasubbag Audit Kamsel Korlantas Polri mengatakan, mudik telah menjadi budaya dari kehidupan masyarakat Indonesia. “Mudik telah menjadi urat nadi kehidupan, bahkan mudik ini merupakan cerminan terhadap budaya bangsa. Kalau lalu lintasnya buruk maka budaya kita buruk,” sebut Hendra pada ajang Jakarta Marketing Week 2017 di Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Tahun ini kegiatan operasi lalu lintas yang dilakukan oleh Polri selama masa mudik Lebaran dinamakan dengan Operasi Ramadniya. Sebelumnya operasi ini lebih dikenal dengan Operasi Lilin.
Melalui Operasi Ramadniya, Polri beserta seluruh jajaran instansi lainnya siap mengamankan proses mudik tahun ini. Target dari operasi ini adalah mengawasi lalu lintas orang, barang, dan kegiatan yang terjadi selama masa operasi.
Setidaknya Polri telah menyiapkan sekitar 150.000 unit personel untuk mengamankan proses mudik Lebaran. Selain itu Polri juga telah menempatkan 557 unit CCTV di beberapa titik untuk terus memantau lalu lintas di beberapa daerah.
Polri juga meluncurkan sebuah aplikasi bernama Police Intelligent Traffic Analysis System, atau yang lebih mudah diingat sebagai PINTAS. Menurut Hendra, PINTAS mirip dengan aplikasi Waze. Hanya saja selain menjelaskan kondisi lalu lintas, PINTAS juga sebagai media komunikasi antar pengguna dan pengolahan info yang didapatkan untuk diambil tindakan secepatnya.
“Kami menargetkan sekitar 1 juta pengguna menggunakan aplikasi ini selama musim mudik Lebaran,” pungkas Hendra.
