Multi Bintang Indonesia Terus Berusaha Relevan untuk Lanjutkan Sejarah
Ketika mendengar merek Bintang, apa yang ada di benak Anda? Pasti tidak sedikit yang mengingat merek minuman ringan atau bir yang satu ini. Bintang merupakan salah satu produk unggulan dari PT Multi Bintang Indonesia. Hadir dengan sejarah panjang di Tanah Air, Multi Bintang terus berkembang. Tidak hanya memproduksi dan memasarkan minuman beralkohol saja.
Dalam perjalanannya, perusahaan ini kemudian bertransformasi dengan menghadirkan inovasi. Multi Bintang memulai transformasinya dengan mengubah misi mereka. Dari brewer ternama menjadi perusahaan minuman yang lengkap. Misi baru ini kemudian berusaha diwujudkan lewat inovasi penambahan portofolio produk baik dari sisi minuman beralkohol maupun nonalkohol pada tahun 2014.
Saat ini, Multi Bintang memproduksi dan memasarkan Heineken sebagai bir premium mereka, kategori 0,0% alkohol seperti Bintang Zero dan Bintang Radler 0,0%, serta berbagai inovasi di kategori produk bir dengan kombinasi jus lemon dan jus jeruk. Sedangkan dari lini nonalkohol, Multi Bintang menawarkan minuman ringan seperti Fayrouz, Green Sands dan cider Strongbow.
Dalam transformasi ini, Jessica Setiawan yang kini menjabat sebagai Marketing Director PT Multi Bintang Indonesia ada di dalamnya. Perempuan yang memiliki semangat sebagai marketer ini bertanggung jawab untuk membangun merek-merek yang berada di naungan Multi Bintang memiliki performa bisnis yang apik.
Bersama Clara Ermaningtiastuti dari Marketeers, Jessica berbagi tentang bagaimana Multi Bintang bertahan dan melanjutkan sejarah perusahaan di Indonesia.
Bagaimana Anda melihat industri minuman di Indonesia saat ini?
Industri ini sangat menarik, terlebih lagi di Indonesia. Konsumen di sini memiliki karakteristik unik yaitu terus berkembang. Jika melihat dari dunia minuman beralkohol seperti bir, kami melihat banyak parameter. Karena, setiap konsumen punya kebutuhan berbeda. Misalnya, ada yang menikmati minumannya dengan mempertimbangkan rasa atau bahkan kaitan emosional.
Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah sejumlah pemain di industri ini sangat kompetitif. Tapi, faktor itu juga yang membuat kami terus termotivasi untuk berinovasi. Untuk menghadirkan produk yang sesuai, kami selalu berusaha mendengarkan feedback dari konsumen.
Menurut Anda, apa saja tantangan dan peluang yang harus dihadapi perusahaan saat ini?
Kami memiliki dua merek yang besar. Pertama, kami punya Bintang kemudian Heineken. Dari sini saja, kami sudah bisa melihat tantangan yang harus kami hadapi yaitu memastikan kualitas terus terjaga. Selain itu, kami juga harus membaca konsumen.
Bagi saya, kami cukup berhasil melakukannya lewat Bintang. Merek ini sudah lama hadir dan dikenal konsumen. Sangat iconis dan timeless. Waktu boleh berganti tapi Bintang tetap ada dan diminati konsumennya.
Apa yang kami lakukan untuk membuat Bintang terus relevan dengan perubahan yang ada? Jawabannya ada pada inovasi. Contohnya kami meluncurkan Bintang Crystal untuk anak muda yang ingin menikmati bir tapi dengan after taste yang tidak pahit.
Kemudian ada Bintang 0,0% bagi mereka yang ingin menikmati bir tanpa takut mengganggu kegiatan mereka. Misalnya bagi mereka yang sedang bekerja. Lalu, ada juga pilihan Green Sands sebagai merek nonalkohol.
Tidak hanya menghadirkan produk yang relevan bagi konsumen. Kami sebagai perusahaan yang memproduksi dan memasarkan minuman beralkohol juga tidak berhenti untuk memberikan edukasi kepada konsumen. Lewat kampanye kami tentang minum dengan bijaksana.
Indonesia merupakan negara yang bisa dibilang menjadi tempat yang tidak mudah untuk memasarkan produk minuman beralkohol. Bagaimana Anda melihat ini?
Ini memang menjadi topik yang sangat penting di dalam perusahaan. Kami harus memperhatikan peraturan di Indonesia dan menaatinya. Di satu sisi, kami juga punya perusahaan induk kami yaitu Heineken. Ada persamaan peraturan di sana yaitu jangan mengajak atau mengajari konsumen di bawah umur untuk minum alkohol.
Lalu, apa yang kami lakukan? Kami terus mengampanyekan dan mengedukasi konsumen tentang pentingnya minum secara bertanggung jawab. Ini merupakan core dari perusahaan untuk memberitahukannya kepada masyarakat luas.
Apakah ada strategi yang Anda siapkan untuk tetap bisa menjalankan pemasaran produk beralkohol?
Bicara tentang pemasaran, sebenarnya cara-cara yang dilakukan itu pada dasarnya sama yaitu berusaha memenangkan hati konsumen. Tapi, kami di sini menekankan konsep yang berbeda dari produk nonalkohol. Kami terus menegaskan bahwa minum minuman beralkohol haruslah dengan bertanggung jawab.
Untuk menyebarluaskan pesan itu, kami menggandeng influencer. Dan, bukan sembarang influencer. Kami benar-benar memilih mereka yang bertanggung jawab. Kami rasa ini adalah komunikasi yang tepat ketika beriklan sekaligus menyampaikan pesan kami. Terlebih lagi jika melihat merek kami. Merek yang hadir dari generasi ke generasi.
Bagaimana dengan produk minuman ringan lain yang nonalkohol? Apakah Anda menerapkan strategi berbeda?
Kami punya positioning yang clear untuk masing-masing merek. Kami mencari tahu perbedaan di masing-masing pasar. Kami biasanya membedakan waktu konsumsinya. Untuk minuman beralkohol, kami menggolongkannya pada produk untuk bersosialisasi di atas jam lima sore.
Sedangkan untuk minuman nonalkohol, kami ingin mengangkat mereka sebagai minuman ringan yang menemani berbagai kegiatan. Inilah yang membuat kedua kategori produk ini sangat berbeda.
Selain itu, dari sisi konsumen, kami juga melihat adanya perbedaan yang jelas. Untuk produk beralkohol, konsumen yang secara legal diperbolehkan adalah mereka yang berusia di atas 21 tahun. Kami juga melihat adanya perbedaan dari segi momentum menikmati minuman nonalkohol dan alkohol.
Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, kami menggolongkan bir sebagai produk untuk bersosialisasi di atas jam lima sore. Karena itu, kami mengemasnya dengan pendekatan dan storytelling yang berbeda.
Dalam menyiapkan berbagai strategi pemasaran untuk perusahaan, seperti apa pendekatan kepemimpinan yang Anda terapkan?
Saya menyadari bahwa satu hal yang perlu diperhatikan di dalam perusahaan adalah kultur. Multi Bintang sebagai bagian dari Heineken punya keunikan karena ada percampuran kultur. Kami di sini bisa dibilang tidak terlalu formal. Jadi, kami bisa saling terhubung dengan mudah. Dan di sanalah setiap orang yang ada di dalam perusahaan bisa merasakan bahwa di setiap tantangan yang harus kami hadapi, kami tidak sendirian.
Menurut saya, penting bagi pemimpin untuk menjadi lebih peka. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki ketahanan yang baik. Apapun yang dihadapi perusahaan atau organisasi, seorang pemimpin harus percaya bahwa ketika kita jatuh yang harus kita lakukan adalah bangkit.
Jika bicara soal gaya kepemimpinan yang saya melihat bahwa filosofi dari Indonesia sangat menarik untuk diaplikasikan. Kembali ke masa sekolah, Anda tentu tidak asing dengan ‘Tut Wuri Handayani’ yang memiliki arti dari belakang memberi dorongan.
Saya ingin menjadikan itu purpose dari kepemimpinan saya. Karena saya yakin kita semua bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dengan bekerja sama. Ketika sebuah perusahaan sukses, tentu itu bukanlah berkat seseorang saja atau bukanlah untuk satu orang saja tetapi kesuksesan bersama.
Bagaimana saya mengaplikasikannya di perusahaan? Saya masing-masing orang punya karakter yang berbeda. Terlepas dari generasi, ada karakter yang memang harus didekati dengan cara yang berbeda. Misalnya, ada anggota tim yang butuh direction, sparing, atau justru butuh untuk didengarkan aspirasinya. Saya berusaha mewadahi itu.
Saya yakin hasilnya akan sangat bagus jika perusahaan bisa memberikan tempat kepada mereka yang yang punya ide-ide, mewadahi mereka untuk bisa berdiskusi, melakukan brainstorming. Hal ini bisa membuat anggota tim termotivasi untuk menghadapi berbagai tantangan.