Multitasking adalah Kebiasaan Buruk yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar!

marketeers article
multitasking adalah | sumber: 123rf

Tak dapat dimungkiri lagi jika sebagian besar orang melakukan multitasking sebagai sebuah kebiasaan. Multitasking adalah ketika Anda melakukan Zoom Meeting sekaligus memesan makanan secara online, mencuci pakaian sekaligus membantu anak mengerjakan tugas, bahkan mendengarkan podcast pada saat berolahraga. 

Jika Anda pernah melakukan aktivitas multitasking lainnya selain yang telah disebutkan, maka seharusnya Anda merasa bersalah telah melakukan demikian. 

Maka, muncul pertanyaan “Mengapa begitu?”, “Bukankah itu sesuatu yang hebat?”, dan “Itu membuat pekerjaan menjadi lebih efisien, bukan?”.

Jawabannya jelas tidak. Melansir dari Wu Tsai Neurosciences Institute Stanford University, sudah banyak penelitian yang menemukan bahwa mencoba melakukan dua atau lebih aktivitas sekaligus jauh lebih tidak efisien dibandingkan berfokus hanya pada satu tugas dalam satu waktu. 

Multitasking dapat mengganggu daya ingat, menyebabkan siswa berprestasi buruk di sekolah, bahkan berpotensi menimbulkan masalah memori dalam jangka panjang. Sedemikian buruk, bukan?

Pengertian multitasking

Menurut Jennifer Davis, PhD., seorang neuropsikologis dan psikiatri The Warren Alpert Medical School of Brown University, multitasking adalah ketika seseorang mencoba untuk mengerjakan dua atau lebih pekerjaan dalam satu waktu secara bersamaan. 

Banyak orang menyalahartikan bahwa orang yang melakukan multitasking berarti memiliki kemampuan kognitif yang tinggi dan memiliki kemampuan otak yang baik. 

Sayangnya, otak manusia tidak diciptakan untuk melakukan beberapa hal sekaligus, melainkan didesain sebagai ‘monotaskers’ atau untuk satu pekerjaan. Hal ini berarti dalam bekerja seseorang harus fokus dan mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam satu waktu.

BACA JUGA: 5 Bad Habits yang Wajib Dihindari, Bisa Bikin Anda Stres dan Burnout!

Apa yang terjadi pada otak saat multitasking?

Menurut Jennifer Davis dalam Lifespan, apa yang dilakukan otak pada saat melakukan banyak tugas sekaligus adalah beralih antar tugas dengan begitu cepat.

Peralihan terus menerus dapat membebani otak yang lama-kelamaan membuat otak menjadi lelah dan bekerja dengan kurang efisien. Hal ini membuat otak tidak dapat fokus, bahkan saat sedang tidak melakukan banyak tugas sekalipun. 

Multitasking yang terus menerus dilakukan bisa membuat Anda menjadi mudah terdistraksi dan berisiko melakukan kesalahan. 

Menurut Kevin Paul Madore, seorang neuroscientist atau ahli saraf dari Stanford University mengungkapkan bahwa multitasking dapat menghilangkan tingkat akurasi dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas. 

Dampak yang ditimbulkan mungkin tidak terlalu kentara. Namun, jangan dianggap sepele karena dapat mengganggu kinerja dan memori dalam jangka panjang, bahkan bisa memicu masalah kelupaan.

Meski banyak dampak negatif yang terjadi pada saat melakukan multitasking. Namun, tak dimungkiri jika orang-orang dengan kemampuan multitasking bisa disebut memiliki daya tahan dan manajemen stres yang baik.

Dengan melakukan beberapa pekerjaan sekaligus tentu membuat diri Anda menampung beban yang lebih banyak. Kemampuan Anda menoleransi banyaknya tuntutan dan tekanan dalam pekerjaan tentu menjadi sesuatu yang berharga bagi perusahaan Anda.

Kesimpulannya, multitasking yang dianggap sebagai sesuatu yang hebat malah mampu menimbulkan berbagai permasalahan otak yang jika dibiarkan bisa mengganggu kinerja seseorang.

Cobalah untuk bijak dalam mengerjakan tugas atau beraktivitas dengan mengutamakan fokus pada satu pekerjaan sebelum berpindah ke pekerjaan lainnya dalam satu waktu yang bersamaan. 

Jikapun Anda perlu melakukan multitasking dalam pekerjaan karena keterbatasan waktu, latihlah diri Anda untuk dapat mengelola stres yang dapat meningkatkan daya tahan Anda dalam bekerja.

BACA JUGA: Pelajari 7 Habits Stephen Covey, Sukses Berawal dari Kebiasaan Efektif!

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS