Musim liburan rupanya tidak menurunkan ancaman kejahatan siber, salah satunya phising. Peneliti Kaspersky telah mengamati penipu yang mengambil keuntungan dari pengguna yang tidak waspada, dengan menawarkan tiket pesawat, pemesanan hotel, dan paket liburan murah.
Pakar Kaspersky telah menemukan banyak situs penipuan yang mengklaim menawarkan tiket pesawat murah. Halaman phishing yang dibuat dengan baik ini sering kali meniru layanan maskapai penerbangan dan agregator tiket terkenal.
Beberapa bahkan menampilkan detail penerbangan nyata dengan mengirimkan permintaan pencarian ke agregator yang sah dan menyajikan informasi.
Namun, alih-alih mengirimkan tiket yang dijanjikan, penipuan justru mencuri uang dan mengeksploitasi informasi pribadi Anda untuk tujuan berbahaya. Ini mungkin termasuk menjual detail informasi perbankan dan mengidentifikasi informasi di situs gelap.
BACA JUGA: BCA Melawan Penipuan Lewat Strategi Omnichannel
“Scammer selalu mencari para pelancong yang tidak waspada, menargetkan rasa kegembiraan mereka dalam perencanaan pada musim liburan. Dari agregator tiket palsu hingga penipuan survei dan akomodasi, penipu online menggunakan berbagai taktik untuk mencuri uang dan informasi sensitif,” kata Olga Svistunova, pakar keamanan di Kaspersky dalam keterangannya, Senin (10/7/2023).
Dari sini, sangat penting bagi wisatawan untuk tetap waspada dan berhati-hati saat melakukan aktivitas perjalanan online. Verifikasi keaslian situs web, gunakan platform pemesanan tepercaya, dan jangan pernah membagikan informasi pribadi atau keuangan tanpa verifikasi yang tepat wajib untuk dilakukan.
“Ingat, sedikit skeptisisme dapat sangat membantu dalam memastikan liburan yang aman dan bebas penipuan,” lanjut Olga.
BACA JUGA: Simak 5 Tips agar Tak Terjerat Penipuan Tiket Konser
Modusnya, penipu online membuat situs web palsu atau mengirim email yang mengklaim bahwa partisipan dapat memperoleh hadiah besar, seperti US$ 100, dengan menyelesaikan survei perjalanan. Penipuan ini sering memangsa keinginan orang untuk mendapatkan keuntungan finansial dan kesediaan mereka untuk berbagi pendapat.
Namun, survei ini dirancang untuk mengumpulkan informasi pribadi, seperti nama, alamat, nomor telepon, dan bahkan informasi keuangan, dengan kedok persyaratan kelayakan atau pembagian hadiah.
Pada kenyataannya, hadiah yang dijanjikan tidak pernah terkirim, dan informasi yang diberikan digunakan untuk tujuan penipuan, seperti pencurian identitas atau akses tidak sah ke rekening perbankan.
Selain itu, survei biasanya diakhiri dengan permintaan untuk membagikan kembali situs tersebut kepada teman-teman agar mereka juga dapat menerima hadiah.
Menurut penjahat siber, skema ini masih menarik bagi para pengguna yang tidak menaruh curiga apalagi ketika dalam musim liburan. Dalam kasus seperti itu, penjahat siber memanfaatkan korbannya sendiri sebagai alat untuk menyebarkan penipuan lebih lanjut.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz