Perkembangan musik yang tidak pernah berhenti juga menjadi alasan musik tidak pernah ditinggalkan. Beberapa stasiun televisi bahkan menjadikan musik sebagai salah satu program andalannya.
Meskipun begitu, nyatanya musisi di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk menampilkan karya-karyanya. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, dibatalkannya konser baik konser kecil maupun besar semakin memepersulit musisi lokal untuk berkarya dan mendapatkan penghasilan.
Yovie Widianto, Musikus mengatakan bahwa perlu adanya kerja sama antara pemerintah, pelaku industri hiburan, dan musisi untuk kembali menghidupkan musik Indonesia. Hal ini bisa dimulai dengan mengembalikan TVRI, stasiun televisi nasional untuk kembali menjadi rumah musisi Indonesia.
“TVRI harus menyadari bahwa musik merupakan harta karun yang berharga. Kami yakin, dengan dihidupkannya kembali acara-acara musik di TVRI, tentu dapat memperbaiki citra TVRI sebagai stasiun televisi nasional,” kata Yovie.
Beberapa tahun lalu, TVRI memang aktif memproduksi sejumlah program musik. Sebut saja Nada dan Improvisasi, Irama Jazz, Pojok Jazz, dan Musik Malam Minggu. Program-program ini memiliki catatan yang baik dari sisi penonton yang membuktikan bahwa musik merupakan program yang menarik untuk dikembangkan di industri penyiaran.
“Wajar jika musisi memiliki harapan positif agar TVRI bisa mengembalikan produktivitas musisi Indonesia dengan menghidupkan kembali program-program musiknya,” lanjut Yovie.
Hal yang sama disampaikan oleh rekan sesama musisi, seperti Ananda Sukarlan, Bongky, dan Once. Mereka mengharapkan, ke depannya TVRI dapat bersikap adil dalam menayangkan acara musik. Yaitu dengan bersikap terbuka dengan segala jenis genre.
“TVRI memiliki sumber daya berupa jangkauan yang luas dan inventaris yang mumpuni, seperti stasiun dan studio penyiaran yang tersebar di seluruh Indonesia. Kami harap, TVRI bisa mengoptimalisasi inventaris tersebut dengan menghadirkan program berkualitas, salah satunya dengan menampilkan program musik yang menarik dengan melibatkan musisi lokal.” tutup Once.
Editor: Ramadhan Triwijanarko