Naik 19%, Laba Bersih Bank SMBC Tembus Rp 2,8 Triliun

Sumber gambar: pers rilis.

PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) sepanjang 2024 berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 2,8 triliun. Perseroan meraih kenaikan laba sebesar 19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia menjelaskan di luar dampak akusisi Grup OTO, laba bersih entitas Bank dan BTPN Syariah setelah pajak meningkat sekitar 8%. Adapun peningkatan laba bersih konsolidasi didorong oleh pendapatan operasional yang meningkat 27% mencapai Rp 17,4 triliun.

BACA JUGA: Meroket 134,5%, Blu BCA Bukukan Laba Rp 108 Miliar

Secara terperinci, pendapatan dikontribusikan oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 26% menjadi  Rp 15,2 triliun serta pendapatan lainnya yang naik 31% menjadi Rp 2,2 triliun. Kemudian, pendapatan bunga bersih secara konsolidasi meningkat sejalan dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik ke level 7,10% per Desember 2024 dari 6,45% pada Desember 2023.

Kontributor utama dari peningkatan pendapatan bunga bersih meliputi kenaikan pendapatan bunga dari kredit, penempatan aset likuid seperti surat berharga, dan pendapatan bunga bersih dari Grup OTO.

BACA JUGA: Permata Bank Bukukan Laba Bersih Rp 3,6 Triliun pada 2024

“Dengan pencapaian luar biasa tahun lalu sebagai landasan, kami akan terus berupaya memberikan solusi keuangan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan nasabah,” kata Henoch melalui keterangan resmi, Senin (3/3/2025).

Dari sisi pendapatan fee, perseroan meraih peningkatan volume transaksi kartu kredit, peningkatan penjualan produk bancassurance, cash management, dan trade memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan fee Perseroan. Dengan pengonsolidasian biaya operasional Grup OTO sejak akuisisi ke dalam angka konsolidasi, biaya operasional menjadi Rp 9,4 triliun.

Biaya kredit menjadi Rp 3,9 triliun pada tahun 2024. Peningkatan biaya-biaya ini sejalan dengan pertumbuhan volume usaha dan inisiatif lainnya dari SMBC Indonesia.

Rasio cakupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (net stable funding ratio/NSFR) tetap sehat di level 253,71% dan 125,02% per Desember 2024. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) berada di 30,02%.

“Sementara itu, rasio gross non-performing loan (NPL) secara konsolidasi berada di level 2,5% per Desember 2024, naik dari 1,36%  pada tahun sebelumnya. Bersama Grup OTO, SMBC Indonesia akan senantiasa menerapkan manajemen risiko yang sehat,” ujarnya.

Henoch menambahkan secara konsolidasi, total aset SMBC Indonesia naik 20% menjadi Rp 241,1 triliun pada akhir tahun 2024. Di sisi lain, penyaluran kredit secara konsolidasi yang meningkat sebanyak 15% menjadi Rp 179,4 triliun per akhir 2024.

Faktor pendorong terbesar berasal dari kredit retail  yang tumbuh signifikan sebesar 31%, berkat penyaluran di segmen Joint Finance, Jenius, dan Mikro yang  masing-masing naik 389%, 51%, dan 40%, sehingga mengompensasi penurunan pembiayaan di BTPN Syariah yang memfokuskan pada kualitas pembiayaan pada tahun 2024.

Selain itu, kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) naik 8%, sedangkan di sisi kredit korporasi dinamika suku bunga dan persaingan suku bunga kredit korporasi yang ketat merupakan tantangan yang  dihadapi pada tahun 2024, yang berdampak pada turunnya kredit korporasi sebesar 6%.

“Kami akan merespons dinamika pasar tersebut dengan pengelolaan portofolio kredit korporasi yang lebih optimal dan relevan dengan kebutuhan nasabah korporasi,” ujarnya.

Total dana pihak ketiga SMBC Indonesia meningkat sebesar 12% menjadi Rp 121,3 triliun, dengan saldo rekening koran dan rekening tabungan (current account & saving account/CASA) tumbuh 3% menjadi Rp 45,6 triliun dan total deposito naik 18% menjadi Rp 75,7 triliun per akhir Desember 2024.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS