Naik 54%, Investasi Sektor Manufaktur Tembus Rp 365 Triliun

marketeers article
Ilustrasi pabrik manufaktur, sumber gambar: 123rf

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan nilai investasi sektor manufaktur sepanjang periode Januari hingga September 2022 mencapai Rp 365,2 triliun. Angka tersebut naik sebesar 54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian mengatakan di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu Indonesia masih menjadi lokasi favorit pemodal untuk menanamkan investasi. Hal ini menjadi sinyal positif terhadap perekonomian nasional.

BACA JUGA: Kemenperin Dorong Industri Petrokimia Terapkan Ekonomi Sirkular 

“Capaian tersebut meningkat 54% dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 236,8 triliun. Kepercayaan diri para investor di sektor industri ini harus tetap dijaga, yang didukung dengan berbagai kebijakan strategis,” kata Agus melalui keterangannya, dikutip Rabu (26/10/2022).

Pada periode Januari hingga September 2022, sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,9% terhadap total investasi yang mencapai Rp 892,4 triliun. Secara kumulatif, investasi di Indonesia tumbuh 35,3% (yoy) dan selama sembilan bulan ini telah berhasil mencapai 74,4% dari target Rp 1.200 triliun pada tahun 2022.

BACA JUGA: Kemenperin Pastikan Produk Alkes RI Siap Masuk Pasar Global

Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri manufaktur sebesar Rp 104,9 triliun. Adapun subsektor yang memberikan andil paling besar adalah industri makanan senilai Rp 38 triliun atau menyumbang 9,2% dari total realisasi PMDN yang mencapai Rp 413,1 triliun.

Selanjutnya, penanaman modal asing (PMA) di sektor industri manufaktur menembus Rp 260,3 triliun. Subsektor yang menyokong paling besar adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya hingga menyentuh US$ 8,5 miliar atau berkontribusi 25,3% dari seluruh realisasi PMA yang berada di angka Rp 479,3 triliun.

“Di tengah situasi dunia saat ini yang dilanda krisis pangan, energi, hingga finansial, semua negara sedang berlomba-lomba berebut investasi. Alasannya, karena dengan investasi ini ada peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan devisa,” ujarnya.

Agus menambahkan pemerintah fokus untuk menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan menjaga stabilitas ekonomi dan politik yang baik di dalam negeri. Apalagi, berbagai indikator penting pembangunan terus menunjukkan perbaikan dan menandakan optimisme bagi semua pihak untuk melakukan percepatan pemulihan dan pertumbuhan sehingga mampu menuju transformasi ekonomi yang inklusif serta berkelanjutan.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), hilirisasi industri menjadi salah satu kunci kemajuan perekonomian Indonesia. Sebab, kebijakan hilirisasi akan berkontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui pajak ekspor, royalti, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.

“Seperti yang Bapak Presiden sering kali sampaikan, hilirisasi industri menjadi prioritas nomor satu. Sebagai gambaran, saat masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, kontribusi komoditas nikel nilainya sekitar Rp 15 triliun dalam setahun. Setelah masuk ke industrialisasi, nilainya melompat tajam menjadi US$ 20,9 miliar atau setara Rp 360 triliun,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related