Naik 9,17%, Ekspor Indonesia Agustus 2022 Mencapai US$ 27,91 Miliar
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang bulan Agustus 2022 ekspor produk-produk asal indonesia mencapai US$ 27,91 miliar atau setara Rp 415,8 triliun (kurs Rp 14.898 per US$). Capaian tersebut meningkat 9,17% dibandingkan ekspor bulan Juli 2022 (month to month/mtm).
Setianto, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS mengungkapkan apabila dibandingkan bulan Agustus 2021, ekspor yang diraih mencatatkan kenaikan sebesar 30,15%. Ekspor nonmigas pada bulan lalu mencapai US$ 26,19 miliar atau naik 8,24%, dibandingkan Juli 2021.
“Ekspor nonmigas Agustus 2022 naik 28,39% dibandingkan dengan Agustus 2022. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Agustus 2022 mencapai US$ 194,60 miliar atau naik 35,42% dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 183,73 miliar atau naik 35,24%,” kata Setianto dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (15/9/2022).
Menurutnya, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Agustus 2022 terhadap Juli 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$ 904,7 juta, naik sekitar 25,40%. Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 368,5 juta atau sebesar 6,68%.
Menurut sektornya, kata Setianto, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari hingga Agustus 2022 naik 24,03% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 17,14%, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 97,40%.
Untuk negara tujuan ekspor nonmigas Agustus 2022, terbesar adalah ke China yaitu US$ 6,16 miliar, disusul Amerika Serikat (AS) US$ 2,59 miliar dan India US$2,47 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,84%. Sementara itu, ekspor ke Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa sebanyak 27 negara masing-masing sebesar US$ 4,77 miliar dan US$ 2,30 miliar.
“Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari hingga Agustus 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 26,02 miliar atau 13,37%, diikuti Kalimantan Timur US$ 23,41 miliar atau 12,03 %, dan Jawa Timur US$ 16,96 miliar atau 8,71,” kata Setianto.
Editor: Ranto Rajagukguk