Nama Najwa Shihab sangat familier di telinga pemirsa televisi tanah air. Kepiawaiannya dalam menggali informasi kepada narasumber, membuat Najwa dikenal sebagai presenter yang kritis. Tujuh belas tahun menyelami dunia jurnalisme layar televisi, Najwa mengubah arah matanya yang cerlang itu ke layar yang lebih kecil.
“Hidup saya berubah selama lebih dari 17 tahun berkecimpung di dunia pertelevisian dan memutuskan untuk membuat televisi digital sendiri bersama teman-teman,” aku Najwa saat menjadi narawicara dalam Paragon Innovation Summit 2018 di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Sabtu, (13/10/2018).
Najwa mengatakan, setelah lulus kuliah dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ia diterima kerja sebagai reporter lapangan di Metro TV. Hingga Karier Najwa menanjak hingga mencapai posisi terakhir sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Umum Metro TV.
Najwa pun memiliki program televisi bernama “Mata Najwa”. Program televisi yang diputar perdana pada November 2009 itu kerap diganjar predikat sebagai talkshow dengan rating tertinggi di Indonesia. Lewat program tersebut, Najwa sering menerima penghargaan sebagai host berita terbaik.
Lantas, apa yang membuat Najwa rela keluar dari comfort zone yang melambungkan namanya itu?
“Selalu ada rasa gatal ingin belajar digital. Saya merasakan betul bahwa dunia berubah. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, kita selalu melihat smartphone. Mood bahkan bisa rusak hanya karena tiba-tiba kuota internet habis,” ujar Najwa diselingi gelak tawa ribuan pengunjung yang hadir yang mayoritas adalah para mahasiswa/i ITB.
Menurut puteri dari mantan menteri agama Quraish Shihab ini, cara seseorang mengonsumsi media telah berubah, dari yang tadinya satu arah menjadi dua arah. Jika dulu orang harus duduk di depan televisi tepat pukul 9 malam hanya untuk menyaksikan Dunia Dalam Berita, kini akses berita seperti itu bisa diakses melalui LINE Today.
“Sekarang orang mendapat informasi dari kurotorial berita. Sehingga, melalui digital, media bisa relevan di setiap medium dan di setiap generasi,” tegas dia.
Narasi.tv
Narasi TV adalah startup yang didirikan Najwa sejak awal tahun 2018. Ide ini terbesit setelah Najwa membuat kanal Youtube-nya sendiri. Baru empat bulan berjalan, channel Najwa Shihab di YouTube itu berhasil memperoleh 250 ribu pengikut dan mendapatkan silver button. Kini, jumlah penggemar akunnya itu telah menembus 980 ribu.
Narasi.tv saat ini telah memiliki 14 program yang didistribusikan secara digital baik melalui situsnya maupun YouTube. Dari semua programnya itu, hanya program Mata Najwa yang tayang dalam dua format, salah satunya di televisi free-to-air. Pasca hengkang dari Metro TV, Najwa menjalin kontrak dengan stasiun Trans 7 untuk menayangkan kelanjutan program yang berhasil menenarkan dirinya itu.
Narasi TV dibuat Najwa dari nol. Ia bersama dua co-founder yang lain bertekad menciptakan program acara yang berkualitas, namun tetap menarik atensi penonton. Ia yakin bahwa di tengah konten “receh” dan “provokatif”, masih ada ruang bagi konten berkualitas untuk tumbuh, bahkan suatu saat bisa mendominasi pasar. “Saya yakin, good quality content still works,” papar dia.
3K
Tidak mudah memang untuk membesarkan sebuah televisi dengan konten yang sarat informasi. Apalagi televisi itu bermain di ranah digital. Pasalnya, sampai saat ini, penetrasi televisi masih yang paling tinggi di Indonesia, mencapai lebih dari 90%.
Sedangkan, penetrasi internet baru di kisaran 30-40%. Kendati masih kecil, namun dukungan internet yang kian terjangkau serta akses smartphone yang kian bagus, membuat televisi digital akan dikonsumsi publik. “Televisi digital adalah masa depan televisi. Saya yakin, Narasi TV akan jauh berkembang,” ucap Najwa.
Menurutnya, dalam membangun bisnisnya itu, ada tiga kunci utama yang disebut 3K; konten, komunitas, dan kolaborasi. Dari sisi komunitas, Narasi.TV telah bekerja sama dengan ratusan komunitas Mata Kita di pelosok nusantara.
Komunitas itu bukan sekadar fanbase program Mata Najwa. Melainkan sebuah gerakan yang mengajak seluruh anggota untuk terlibat dalam aktivasi Narasi TV, mulai dari agenda workshop, merchandising, hingga kegiatan volunteer. Diakui Najwa, dalam meningkatkan awareness Narasi TV, ia lebih senang melakukan on ground activation melalui workshop dan talkshow di area publik seperti kampus-kampus di tanah air.
“Dari sana, saya bisa melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan penonton Narasi TV. Konten apa yang mereka butuhkan dan minta kami untuk gali lebih dalam,” ujar dia.
Apapun bentuknya, Narasi TV adalah entitas bisnis. Dan bisnis pada akhirnya harus memberikan cuan untuk bisa berkembang dan berjalan berkesinambungan. Menanggapi persoalan dana dan profit, Najwa memang tak membeberkannya secara rinci.
Akan tetapi, ia menegaskan bahwa melalui konten yang bagus, money will follow. “Saya masih mengembangkan bisnis ini bersama dengan dukungan dari satu strategic partner. Bisnis Narasi TV telah membuahkan hasil,” ujarnya.