Munculnya generasi muda mau tidak mau membuat perbankan harus menyesuaikan dengan kebiasaan mereka. Hal tersebut dirasakan oleh Bank BCA. Salah satu perusahaan perbankan terbesar di Indonesia ini menyadari bahwa mereka ini adalah nasabah masa depan mereka.
Sebab itu, BCA memfasilitasi kebutuhan para millennials ini dengan sistem digital banking yang semakin memudahkan para nasabah muda. Sayangnya, selain generasi muda masih ada jenis nasabah Bank BCA yang tidak bisa mereka diamkan begitu saja.
“Ada dua kategori nasabah kami, generasi muda, dan kalangan senior. Permasalahannya kalangan senior ini belum bisa dengan mudah menerima teknologi,” ujar Direktur Bank BCA Santoso di Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Secara kebiasaan, kalangan senior ini menurut Santoso jauh berbeda dengan kalangan anak muda. Bila kalangan anak muda paling alergi untuk datang ke kantor cabang, hal berkebalikan justru ditampilkan oleh kalangan senior. Kalangan yang berusia di atas 50 tahun ini masih suka datang ke kantor cabang untuk bertatapan langsung dengan teller. Cara berkomunikasi dengan mereka juga berbeda, tidak melalui media sosial namun melalui koran.
“Kalangan senior ini jumlahnya memang tidak banyak, namun secara aset mereka ini nilainya besar bisa mencapai 50%-60%,” tambahnya.
Tentunya, Bank BCA tidak bisa mengabaikan kalangan senior ini, terlebih bila melihat nilai aset mereka. Bank BCA mewajibkan setiap karyawan BCA untuk bisa engage dan lincah memberikan solusi atas permasalahan nasabah.
Bank BCA baru-baru ini dilabelkan oleh salah satu perusahaan riset sebagai most valuable brand di Indonesia dengan nilai aset mencapai Rp 136 triliun.
Editor: Sigit Kurniawan