Bisa dibilang, tahun 2016 menjadi puncak pasokan kantor baru terbanyak di Ibukota. Total gedung baru yang akan beroperasi tahun ini mencapai sebelas unit dan menyumbang pasokan 670.000 m2 ruang kantor di CBD Jakarta.
Di sisi lain, konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat, lesunya perekonomian global dan domestik membuat tingkat penyerapan sewa maupun pembelian ruang perkantoran di Jakarta mengalami penurunan.
Pada tahun 2014, okupansi kantor di CBD bisa berada di level 94%. Namun, tahun ini sudah turun di level 85%. Terlebih, banyak proyek yang seharusnya selesai tahun lalu, ditunda sampai tahun ini. Sehingga menambah jumlah pasokan yang membuat okupansi menurun.
Tentu, kondisi yang tak sedap itu memberikan lampu kuning bagi perusahaan furnitur yang memasok kebutuhan ruang kantor, seperti meja, kursi, dan lemari. Menanggapi hal itu, Actiu, perusahaan furnitur premium asal Spanyol punya pertimbangan lain memulai bisnisnya di Indonesia pada tahun ini.
“Kami melihat Indonesia adalah negara berkembang di mana investasi asing ke negeri ini dari perusahaan multinasional terus tumbuh. Sehingga, mereka membutuhkan furnitur untuk ruang kantor mereka di Indonesia,” kata Michael Blanco, Asia Pacific Regional Manager Actiu kepada Marketeers beberapa waktu lalu.
Ia menekankan, saat menggarap bisnis di Indonesia, pihaknya mencermati bahwa tidak semua perusahaan mulai menyadari konsep furnitur ergonomis pada sebuah kantor. Kebanyakan kantor di Indonesia masih berformat kubikal, dan belum sepenuhnya mengadopsi konsep terbuka dan co-working space.
“Perihal pelemahan okupansi kantor, saya rasa itu hanya bersifat sementara. Semakin banyak perusahaan yang mulai meningkatkan produktivitas kantor melalui ruang kantor yang nyaman,” terangnya lagi.
Hal senada juga disampaikan oleh Billy Widjaja, Business Director PT Bahana Wisesa Intiberkat (BWI), distributor produk Actiu. Ia bilang bahwa tren yang ada saat ini adalah kantor-kantor yang dulu ada di pinggir kota, kini mulai memasuki pusat kota
“Sekarang ada tren konsolidasi. Kantor yang dulunya sepuluh lantai namun terpecah jadi tiga lantai di gedung A, B, C, kini berada dalam gedung dan lantai yang sama. Sehingga, mereka butuh fit out dan butuh furnitur. Ekspektasinya, masa bangun kantor baru tidak sekalian furniturnya yang bagus,” pungkas Billy.
Sebagai produsen furnitur kantor premium, memang Actiu tak bisa menyasar semua segmen perusahaan. Billy melihat, perusahaan multinasional dan perusahaan teknologi adalah yang cukup memperhatikan konsep kantor yang kolaboratif. Mereka tak segan-segan untuk mengucurkan bujet tinggi untuk furnitur yang bagus.
“Kami telah memasokan produk Actiu ke perusahaan multinasional terbuka untuk seluas 40.000 m2 dan satu perusahaan finansial swasta seluas 20.000 m2,” tuturnya. Sebagai merek baru yang masuk ke pasar domestik, Actiu tahun ini fokus menggarap pasar kantor komersial, disusul proyek perhotelan, restoran, kafe, serta ruang publik lain seperti bandar udara, pelabuhan, dan rumah sakit.
Actiu merupakan perusahaan yang telah ekspansi di 80 negara ini dan memproduksi furnitur sebanyak 4.500 unit per hari di pabriknya yang terletak di Alicante, Spanyol.
Editor: Eko Adiwaluyo